Kamis, 20 Agustus 2009

CATATAN RAMADHAN 1430 H.

Kepada teman-teman yang saudara satu iman yang akan menjalankan puasa di bulan Ramadhan, Qi-Adul ucapkan selamat menjalan ibadah puasa, saya mohon ma’af lahir dan batin, dari hati suci, badan bersih dan jiwa yang murni, melalui dunia maya ini. Dan Saya mohon Ma’af baru kali ini membalas tulisan-tulisan di Facebook hari ini, karena kesibukan saya mau menjelang Ramadhan, sedikit kesibukan 17 Agustusan. Dan ma’af saya juga untuk membuka facebook setelah Hari Raya Idul Fitri, karena selama bulan Ramadhan tidak membuka internet (Facebook,) ma’af ya teman-teman. Kalau teman-teman mau buka bloger saya boleh saja http://d-humaniora.blogspot.com atu, d_yak.

Untuk suatu catatan kecil bagi kita untuk mengingat kembali ayat-ayat Al Qur’an yang berkenaaan dengan puasa saya tuliskan latinnya saja karena tulisan arab tidak bisa masuk dalam facebook. Hal puasa Surat Al Baqarah [2] ayat 183 s/ d 185, 187.
Ayat 183 ,yang sudah hampir semua umat Islam dengan ayat ini hafal bunyi suratnya.

(2:183)
Yaa-ayyuhal ladziina aamanuu kutiba alaikumsh shiyaamu kama kutiba alal ladziina min qablikum la’allakum tattaquun.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu, semoga kamu bertakwa.
(2:184)
Ayyaamam ma’duudaatin faman kaana minkum mariidhan au’alaa safarin fa’iddatum min ayyamin ukhara wa’alal ladzina yithiiqunahuu fidyatun tha’aamu miskiinin faman tathawwa’a khairan fahuwa khairul lahuu wa an tashuumuu khairul lakum in kuntum ta’lamun.
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

[114] Maksudnya memberi Makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.
(2:185)
Syahru ramadhaanal ladzii unzila fiihil qur-aanu hudal linnaasi wa bayyinaatim minal hudaa wal furqaani faman syahida min kumusy syahra falyashumhu wa man kaana mariidhan au’alaa safarin fa’iddatum min ayyaamin ukhara yuriidul lahu bikumulyusra wa laa yuriidu bikumul ‘usra wa litukmilu ‘iddata wa litukabbirul laaha ‘alaa maa hadaakum wa allikum tasykuruun.
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
(2:187)
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

[115] I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.

Dari hadits Shahih Bukhari No 932 dan 933.
932.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda: “Apabila datang bulan Ramadhan, dibukakan semua pintu surga.”

933.
Dari Abu Hurairah ra., katanya Rasulullah saw. bersabda :”Apabila tiba bulan Ramadhan, dibukakan pintu langit, dikunci pintu neraka dan dibelenggu semua setan.

Demikian teman-teman. Cakil (catatan kecil), ini semoga bermanfaat bagi diri penulis, maupun teman-teman.


Untuk tulisan di bulan Ramadhan dari Q-adul (penulis) ada beberapa PILIHAN sebagai berikut :

BERIKAN KAMI HIDAYAHMU DI BULAN RAMADHAN.
BULAN RAMADHAN YANG PENUH AMPUNAN.
Dalam rangka Menyambut Ramadhan
Kita tingkatkan Ukhuwah Islamiah.

BERSIHKAN DIRI, SUCIKAN HATI, DI BULAN RAMADHAN.
PELIHARA HATI, LISAN, PENDENGARAN DAN JAUHKAN DIRI DARI PERBUATAN MAKSIAT DI BULAN RAMADHAN.

MARI KITA MENNYAMBUT
BULAN RAMADHAN YANG PENUH AMPUNAN

PERTEMUKAN KAMI DI BULAN RAMADHAN
AHLAN WAH SAHLAN YA RAMADHAN
KOKOHKAN PERSAUDARAAN KAMI DI BULAN RAMADHAN
RAMADHAN YANG PENUH BAROKAH

BERSAMA RAMADHAN KITA TADARUSAN.
RAMADHAN YA RAMADHAN.

http://d-humaniora.blogspot.com.
d_yak

Pulo Gebang Permai blok H 16/32 –Cakung – Jakarta Timur
Telpon HP (021) 980 97 204.
MANAJEMEN WAKTU DI BULAN RAMADHAN.

Sebelum Tidur Sholat tahajud 2 rakaat
Kalau sudah witir tarawih,
tidak perlu diulang
Kalau belum ditambah
witir

Sebelum sahur menjelang subuh Tilawah Qur’an, 10
menit
setelah sholat subuh tilawah Qur’an 30 menit
sesudah sholat dzuhur Tilawah Qur’an baca
tafsir dan terjemahan
30 menit
Tilawah Qur’an 15 menit
Menjelang sholat magrib Baca buku Islam 30
menit
Menjelang Tarawih Tilawah Qur’an 10 menit

Sesudah Sholat Teraweh Tilawah Qur’an 30 menit

dan Istirahat sejenak di rumah Merenungi perjalanan diri dari sahur hingga Menejelang tidur menjelang sholat subuh 10 menit zikir atau tilawah Qur’an, Bertanya pada diri kita masing masing APAKAH BANYAK MELAKUKAN HAL-HAL YANG MERUSAK IBADAH/NILAI PUASA?
APAKAH IBADAH MASIH SEDIKIT, ATAU
LAINNYA ?!.
TARGET AMAL DI BULAN RAMADHAN
YANG KALAU BISA DICAPAI

Khatam Al Qur’an minimal 1 x
Membaca tafsir/terjemahan Al QAur’an,
minimal 1/3 Al Qur’an
Sholat lima waktu dengan berjamaah
Sholat sunat/rawatir, minimal yang mua’kad
Memberi buka ORANG YANG BERPUASA
minimal 1 x dalam bulan Ramadhan
Berinfaq setiap hari (seadanya).
I’tikaf, minimal sehari
Evaluasi amal setiap hari
Membaca buku Islam, minimal 1 buku
(Bedah buku minimal 1 buku)

Kamis, 06 Agustus 2009

YASIN

ANEKDOT

YASINAN Ki Adul

Yaasin nama surat dalam Al Qur’an, Kata terjemahan atau artinya dari surat yang ada di surat ke 36 itu terdiri dari 83 ayat Makkiyyah yang hampir umat Islam hapal dimulut dan hampir lancar membacanya , tapi tidak begitu banyak hapal artinya. Surat Yaasiin yang hampir dibaca oleh umat /orang muslim pada malam Jum’at, tahlilan ketika ada orang yang meninggal, kadang dibaca pada saat acara pemberangkatan haji, mencukur rambut ,pindah rumah, sukuran/selamatan mendapat rejeki yang banyak atau rasa sukur selamat dari mara bahaya atau sukuran sembuh dari sakit, kadang acara minta doa karena besok mau sunatan, atau doa untuk besok mau nikah, doa pada saat jiarah kubur dan lain lain sebagainya, ada lagi mengajarkan untuk baca yasin misal ketika bangun malam hari, atau dibaca setiap malam.


Jika perlu setiap pagi dan siang. Janji-janji membaca Yaasiin sangat banyak sekali
Seperti janji yang penulis catat dibawah ini.
Janji-janji yang ditulis oleh Hadits itu Haditsnya adalah lemah. Tapi banyak saja orang memburunya seperti janji :
1. barang siapa yang membaca surat Yaasiin dalam satu malam, maka ketika bangun pagi hari diampuni dosanya.
2. Barang siapa terus menerus baca yasin pada setiap malam kemudian ia mati, maka ia mati syahid
3. Barang siap membaca surat Yaasiin di pagi hari, maka terpenuhi semua hajatnya.
4. Barang siapa membaca surat Yaasiin 1 x seolah membaca Al Qur’an 2 x
5. Barang siapa membaca surat Yaasiin 1x ia telah membaca al Qur’an sepuluh x
6. Barang siapa membaca surat Yaasiin setiap malam niscaya diampuni dosanya.
7. Barang siapa mendengar bacaan surat Yaasiin, ia akan diberi ganjaran 20 Dinar di jalan Allah.
8. Surat Yaasiin itu banyak memberi manfaat
9. Surat yaasiin itu hatinya Al Qur’an
10. Membaca surat yaasin mendapat tambahan ilmu kekuatan.
11. Membaca surat yaasiin disebuhkan dari segala penyakit.

Dan banyak lagi. Disini penulis akan berceritera tentang sedikt surat Yaasiin.
Cerita anekdot ini di dapat dari ceritera seorang Ustadz kepada saya. Ia menceriterakan ada saudagar kaya yang kalau berniaga sangat jauh, kadang melewati darerah yang sangat banyak perampoknya, kalau dahulu dinamakan banyak begalnya. Siapa saja yang lewat situ pasti habis hartanya, jika melawan malah habis hartanya juga nyawanya.

Tapi hendak apa dikata untuk berniaga yang mendapatkan leboh banyak untungnya dan lebih menjual dan membeli sesuatu di daerah yang harus dilalui banyak begalnya mau dibilang apa?.
Pada suata saat sudagar kaya itu juga harus melewati daerah tersebut. Dan kenyataan itu ada, dan rombongan Saudagar dihentkan oleh kawanan perampok,
Lalu kepala perampok memberhentikan saudagar kaya itu untruk dirampok.
Begitu takutnya dan bingungnya Sudagar kaya akan tampang perampok dan takutnya lagi harta harta yang akan dirampok. Lalu Saudgar ingat akan surat Yaasiin yang sering dibacanya setiap malam dan begitu hafal surat Yasiin. Dan Sudagar kaya ingat akan surat itu barang kali bisa menguatkan hati dan rasa takut yang berlebihan.
Dibacanya Surat Yasiin yang diotak begitu hafal mengapa mengahadai perampok ini, lidahnya menjadi kelu dan begitu juga hapapalanya kok bisa hilang dan yang dimulutnya hanya bisa berkata dengan terbata bata.

“Yaa yaa siin !.” begitu kata yang keluar dari mulutnya.

Diluar dugaan, perampok yang mukanya seram itu alias komandannya, memberikan aba-aba dengan berkata.

“Cabut {mungkin kalau sekarang berkata balik}, tidak jadi merampok rombongan ini.”
Rekan-rekan yang seprofesi bingung melihat pemimpinya tidak jadi merampok rombongan ini. Walau dalam hatinya masing-masing berkata.
“Ada pa ini kok tidak jadi, padahal mangsa ini banyak hartanya untuk dirampok”
Berhubung ini adalah intruksi sang pemimpin mau tidak mau dituruti.
Tapi ada satu teman yang memberanikan diri, lalu ia bertanya pada pemimpinnya.
“Kenapa bos kita tidak Jadi rampok orang itu, padahaal hartanya banyak?” tanyanya kepada bosnya.
Bospun menjawab pertanyaan salah satu anak buahnya.

“Dalam seumur hidup gua jadi rampok baru kali ini ada orang yang tahu nama gua, Yaasiin, mungking dia pasti teman bapak gua, maka gua tidak tega merampoknya.” Jawab sang pemimpin rampok.
Surat Yaasiin penolong atau kebetulan atau kalau Alloh sudah mau berkehendak tidaklah sulit menolaknya.




25.07.08










Anekdot kI Adul



KEPADA ALLOH
SMS {SERING MEMBACA SELAWAT}

Salah satu ustadz mengajak kita semua umat muslim yang mempergunakan HP jangan hanya bisa kirim SMS ke teman teman atau kenalan atau pacar atau selingkuhan atau istri dirumah yang lain atau pada teman yang disuka dan ada teman yang tidak disuka alias dibenci atau mereka yang hanya berani ngomel,. mereka berani berkata kasar melaui SMS.
Ada SMS yang santun ada SMS yang kasar ada SMS yang sampah yang bisanya melecehkan orang ada SMS yang Cuma turut duka cita, yang beritanya selalu disiapkan untuk berita duka cita, jika ada teman atau kerabatnya ada yang meninggal, maka sms yang sudah diprogram ke nomor yang sudah dicatat itu langsung menyebar seketika. Dan ada lagi SMS yang sukanya menteror dan sifatnya suka mengancam dan lain lain.

Pernah penulis mendapat SMS dengan kata-kata cukup mengejutkan. Ia mengucapkan turut duka cita kepada penulis, atas ditinggalnya penulis oleh Ustadz yang hekang dari tempat saya, tempat penulis belajar mengaji.
Kata-kata SMS nya sebagai berikut.

“Turut duka cita Ustadz anda sudah keluar dari tempat anda belajar”
.
“Kok ada ada aja yang kata katanya kok lucu.” komentarku yang sedikit sewot.
“ Seperti tidak ada kerjaan lain, Atau baru bisa SMS. Barangkali” pikirku.

Disini Selawatan atau membaca Selawat atau berjanji yang sering banyak ibu-ibu pengajian atau majelis taklim , ketika acara sunatan , anak baru lahir, ketika akan memulai ngaji, pengantar pergi ngaji atau ngaji rutin bulanan dan sebagianya yang kamu bisa dibuka dedngan selawatan yah selawatan dahulu.
Nah pesni ini yang diampaikan uoleh salah satu ustadz kondang mengatakan
“Kita jangan hanya bisa SMS ke orang dong, sekali kali atau sering seringlah SMS kepada Alloh yang maksudnya {sering-membaca selawat untuk Allah} yang dilakukan kapan saja dimana saja atau ketika kita sedang meninabobokan anak kita bayi kita maka baca selawat.

Ada suatu ceritera serorang ibu yang rajin sekali membaca selawat, apalagi kalau lagi menidurkan bayinya di ayunan ia mengayunkan anaknya dengan membaca selawat dan anak itu cepat tidurnya mendengar ibunya membaca selawat.

Alkisah suami ibu itu atau bapaknya anak tersebut rasa rasanya ingin diayun ayun sambil dibacakan selawat. Maka dibuatlah ayunan yang dengan tambang yang lebih kuat dan kain ayunan yang lebih tebal dan kuat, dan sang suamipun mulai diayun oleh istrinya dan sang suamipun cepat tidur, karena sang suami mendengar bacaan-bacaan selawat istrinya yang suaranya cukup dinikmati ditelinganya lelaplah ia.


Dengan kisah itu, ada seorang yang ingin mau mencuri isi rumah tersebut, dan diintipnya rumah tersebut, dilihatnya ada ayunan yang sedang diayun oleh seorang perempuan, ayunan itu besar sekali dan melihat ibunya yang sedang mengayun ayunkan sambil membaca selawat
Lalu sang pencuru berpikir.
“ Sebesar apa bapaknya kalau bayinya saja sebesar itu?.”
Akhirnya sang pencuri tidak jadi mencuri karena takut kalau bapaknya bangun dan menghajar dirinya.
Membayangkan besarnya segede apa bapaknya.

Akhirnya Pencurian tidak jadi karena, apakah melihat bayi alias suami yang sedang diayun atau karena mendengar bacaan selawat yang enak didengarnya atau Alloh selalu melindungi umatnya yang membaca selawat. Alloh maha tahu maha kasih maha penyayang. Jika Alloh berhendak bisa saja dengan cara apapun dengan jalan apapun..


25.07.08

Rabu, 05 Agustus 2009

Ta’aruf Syar’i, Solusi Pengganti Pacaran

Pertanyaan:
1. Apabila seorang muslim ingin menikah, bagaimana syariat mengatur cara mengenal seorang muslimah sementara pacaran terlarang dalam Islam?
2. Bagaimana hukum berkunjung ke rumah akhwat (wanita) yang hendak dinikahi dengan tujuan untuk saling mengenal karakter dan sifat masing-masing?
3. Bagaimana hukum seorang ikhwan (lelaki) mengungkapkan perasaannya (sayang atau cinta) kepada akhwat (wanita) calon istrinya?

Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Al-Makassari:

بِسْمِ اللهِ، الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ

Benar sekali pernyataan anda bahwa pacaran adalah haram dalam Islam. Pacaran adalah budaya dan peradaban jahiliah yang dilestarikan oleh orang-orang kafir negeri Barat dan lainnya, kemudian diikuti oleh sebagian umat Islam (kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala), dengan dalih mengikuti perkembangan jaman dan sebagai cara untuk mencari dan memilih pasangan hidup. Syariat Islam yang agung ini datang dari Rabb semesta alam Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, dengan tujuan untuk membimbing manusia meraih maslahat-maslahat kehidupan dan menjauhkan mereka dari mafsadah-mafsadah yang akan merusak dan menghancurkan kehidupan mereka sendiri.
Ikhtilath (campur baur antara lelaki dan wanita yang bukan mahram), pergaulan bebas, dan pacaran adalah fitnah (cobaan) dan mafsadah bagi umat manusia secara umum, dan umat Islam secara khusus, maka perkara tersebut tidak bisa ditolerir. Bukankah kehancuran Bani Israil –bangsa yang terlaknat– berawal dari fitnah (godaan) wanita? Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُوْنَ. كَانُوا لاَ يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوْهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُوْنَ

“Telah terlaknat orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil melalui lisan Nabi Dawud dan Nabi ‘Isa bin Maryam. Hal itu dikarenakan mereka bermaksiat dan melampaui batas. Adalah mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang mereka lakukan. Sangatlah jelek apa yang mereka lakukan.” (Al-Ma`idah: 79-78)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (indah memesona), dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kalian sebagai khalifah (penghuni) di atasnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerhatikan amalan kalian. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan wanita, karena sesungguhnya awal fitnah (kehancuran) Bani Israil dari kaum wanita.” (HR. Muslim, dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan umatnya untuk berhati-hati dari fitnah wanita, dengan sabda beliau:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلىَ الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya terhadap kaum lelaki dari fitnah (godaan) wanita.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma)
Maka, pacaran berarti menjerumuskan diri dalam fitnah yang menghancurkan dan menghinakan, padahal semestinya setiap orang memelihara dan menjauhkan diri darinya. Hal itu karena dalam pacaran terdapat berbagai kemungkaran dan pelanggaran syariat sebagai berikut:
1. Ikhtilath, yaitu bercampur baur antara lelaki dan wanita yang bukan mahram. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjauhkan umatnya dari ikhtilath, sekalipun dalam pelaksanaan shalat. Kaum wanita yang hadir pada shalat berjamaah di Masjid Nabawi ditempatkan di bagian belakang masjid. Dan seusai shalat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiam sejenak, tidak bergeser dari tempatnya agar kaum lelaki tetap di tempat dan tidak beranjak meninggalkan masjid, untuk memberi kesempatan jamaah wanita meninggalkan masjid terlebih dahulu sehingga tidak berpapasan dengan jamaah lelaki. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dalam Shahih Al-Bukhari. Begitu pula pada hari Ied, kaum wanita disunnahkan untuk keluar ke mushalla (tanah lapang) menghadiri shalat Ied, namun mereka ditempatkan di mushalla bagian belakang, jauh dari shaf kaum lelaki. Sehingga ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam usai menyampaikan khutbah, beliau perlu mendatangi shaf mereka untuk memberikan khutbah khusus karena mereka tidak mendengar khutbah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu dalam Shahih Muslim.
Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ صُفُوْفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرِهَا، وَخَيْرُ صُفُوْفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf lelaki adalah shaf terdepan dan sejelek-jeleknya adalah shaf terakhir. Dan sebaik-baik shaf wanita adalah shaf terakhir, dan sejelek-jeleknya adalah shaf terdepan.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Hal itu dikarenakan dekatnya shaf terdepan wanita dari shaf terakhir lelaki sehingga merupakan shaf terjelek, dan jauhnya shaf terakhir wanita dari shaf terdepan lelaki sehingga merupakan shaf terbaik. Apabila pada ibadah shalat yang disyariatkan secara berjamaah, maka bagaimana kiranya jika di luar ibadah? Kita mengetahui bersama, dalam keadaan dan suasana ibadah tentunya seseorang lebih jauh dari perkara-perkara yang berhubungan dengan syahwat. Maka bagaimana sekiranya ikhtilath itu terjadi di luar ibadah? Sedangkan setan bergerak dalam tubuh Bani Adam begitu cepatnya mengikuti peredaran darah . Bukankah sangat ditakutkan terjadinya fitnah dan kerusakan besar karenanya?” (Lihat Fatawa An-Nazhar wal Khalwah wal Ikhtilath, hal. 45)
Subhanallah. Padahal wanita para shahabat keluar menghadiri shalat dalam keadaan berhijab syar’i dengan menutup seluruh tubuhnya –karena seluruh tubuh wanita adalah aurat– sesuai perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab ayat 59 dan An-Nur ayat 31, tanpa melakukan tabarruj karena Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang mereka melakukan hal itu dalam surat Al-Ahzab ayat 33, juga tanpa memakai wewangian berdasarkan larangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, dan yang lainnya :

وَلْيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلاَتٌ

“Hendaklah mereka keluar tanpa memakai wewangian.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang siapa saja dari mereka yang berbau harum karena terkena bakhur untuk untuk hadir shalat berjamaah sebagaimana dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 53:

وَإِذَا سَأَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوْهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّ

“Dan jika kalian (para shahabat) meminta suatu hajat (kebutuhan) kepada mereka (istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) maka mintalah dari balik hijab. Hal itu lebih bersih (suci) bagi kalbu kalian dan kalbu mereka.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka berinteraksi sesuai tuntutan hajat dari balik hijab dan tidak boleh masuk menemui mereka secara langsung. Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Maka tidak dibenarkan seseorang mengatakan bahwa lebih bersih dan lebih suci bagi para shahabat dan istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan bagi generasi-generasi setelahnya tidaklah demikian. Tidak diragukan lagi bahwa generasi-generasi setelah shahabat justru lebih butuh terhadap hijab dibandingkan para shahabat, karena perbedaan yang sangat jauh antara mereka dalam hal kekuatan iman dan ilmu. Juga karena persaksian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap para shahabat, baik lelaki maupun wanita, termasuk istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bahwa mereka adalah generasi terbaik setelah para nabi dan rasul, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Demikian pula, dalil-dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan berlakunya suatu hukum secara umum meliputi seluruh umat dan tidak boleh mengkhususkannya untuk pihak tertentu saja tanpa dalil.” (Lihat Fatawa An-Nazhar, hal. 11-10)
Pada saat yang sama, ikhtilath itu sendiri menjadi sebab yang menjerumuskan mereka untuk berpacaran, sebagaimana fakta yang kita saksikan berupa akibat ikhtilath yang terjadi di sekolah, instansi-instansi pemerintah dan swasta, atau tempat-tempat yang lainnya. Wa ilallahil musytaka (Dan hanya kepada Allah kita mengadu)
2. Khalwat, yaitu berduaannya lelaki dan wanita tanpa mahram. Padahal Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالدُّخُوْلَ عَلىَ النِّسَاءِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلأَنْصَارِ: أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ؟ قَالَ: الْحَمْوُ الْمَوْتُ

“Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita.” Seorang lelaki dari kalangan Anshar berkata: “Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami? ” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mereka adalah kebinasaan.” (Muttafaq ‘alaih, dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ

“Jangan sekali-kali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram.” (Muttafaq ‘alaih, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
Hal itu karena tidaklah terjadi khalwat kecuali setan bersama keduanya sebagai pihak ketiga, sebagaimana dalam hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَخْلُوَنَّ بِامْرَأَةٍ لَيْسَ مَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ مِنْهَا فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan sekali-kali dia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa disertai mahramnya, karena setan akan menyertai keduanya.” (HR. Ahmad)
3. Berbagai bentuk perzinaan anggota tubuh yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

كُتِبَ عَلىَ ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ: الْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَاْلأُذُنَانِ زِنَاهُمَا اْلاِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ، وَالْيَدُ زِنَاهُ الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهُ الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ أَوْ يُكَذِّبُهُ

“Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah(lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan.”
Hadits ini menunjukkan bahwa memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata . Mendengar ucapan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita (selain istrinya) dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayunya adalah zina lisan. Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang atau yang lainnya adalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hatinya atau menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan wanita yang memikatnya, maka itulah zina kalbu. Kemudian boleh jadi kemaluannya mengikuti dengan melakukan perzinaan yang berarti kemaluannya telah membenarkan; atau dia selamat dari zina kemaluan yang berarti kemaluannya telah mendustakan. (Lihat Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, pada syarah hadits no. 16 22)
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيْلاً

“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra`: 32)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حِدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ

“Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik dari menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 226)
Meskipun sentuhan itu hanya sebatas berjabat tangan maka tetap tidak boleh. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

وَلاَ وَاللهِ مَا مَسَّتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ غَيْرَ أَنَّهُ يُبَايِعُهُنَّ بِالْكَلاَمِ

“Tidak. Demi Allah, tidak pernah sama sekali tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyentuh tangan wanita (selain mahramnya), melainkan beliau membai’at mereka dengan ucapan (tanpa jabat tangan).” (HR. Muslim)
Demikian pula dengan pandangan, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam surat An-Nur ayat 31-30:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوْجَهُمْ – إِلَى قَوْلِهِ تَعَلَى – وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ ...

“Katakan (wahai Nabi) kepada kaum mukminin, hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka (dari halhal yang diharamkan) –hingga firman-Nya- Dan katakan pula kepada kaum mukminat, hendaklah mereka menjaga pandangan serta kemaluan mereka (dari hal-hal yang diharamkan)….”
Dalam Shahih Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata:

سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظْرِ الْفَجْأَةِ؟ فَقَالَ: اصْرِفْ بَصَرَكَ

“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja)? Maka beliau bersabda: ‘Palingkan pandanganmu’.”
Adapun suara dan ucapan wanita, pada asalnya bukanlah aurat yang terlarang. Namun tidak boleh bagi seorang wanita bersuara dan berbicara lebih dari tuntutan hajat (kebutuhan), dan tidak boleh melembutkan suara. Demikian juga dengan isi pembicaraan, tidak boleh berupa perkara-perkara yang membangkitkan syahwat dan mengundang fitnah. Karena bila demikian maka suara dan ucapannya menjadi aurat dan fitnah yang terlarang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوْفًا

“Maka janganlah kalian (para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berbicara dengan suara yang lembut, sehingga lelaki yang memiliki penyakit dalam kalbunya menjadi tergoda dan ucapkanlah perkataan yang ma’ruf (baik).” (Al-Ahzab: 32)
Adalah para wanita datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di sekitar beliau hadir para shahabatnya, lalu wanita itu berbicara kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepentingannya dan para shahabat ikut mendengarkan. Tapi mereka tidak berbicara lebih dari tuntutan hajat dan tanpa melembutkan suara.
Dengan demikian jelaslah bahwa pacaran bukanlah alternatif yang ditolerir dalam Islam untuk mencari dan memilih pasangan hidup. Menjadi jelas pula bahwa tidak boleh mengungkapkan perasaan sayang atau cinta kepada calon istri selama belum resmi menjadi istri. Baik ungkapan itu secara langsung atau lewat telepon, ataupun melalui surat. Karena saling mengungkapkan perasaan cinta dan sayang adalah hubungan asmara yang mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah. Demikian pula halnya berkunjung ke rumah calon istri atau wanita yang ingin dilamar dan bergaul dengannya dalam rangka saling mengenal karakter dan sifat masing-masing, karena perbuatan seperti ini juga mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah. Wallahul musta’an (Allah-lah tempat meminta pertolongan).
Adapun cara yang ditunjukkan oleh syariat untuk mengenal wanita yang hendak dilamar adalah dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya, baik tentang biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan untuk diketahui demi maslahat pernikahan. Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang seperti istri teman atau yang lainnya. Dan pihak yang dimintai keterangan berkewajiban untuk menjawab seobyektif mungkin, meskipun harus membuka aib wanita tersebut karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal ini termasuk dari enam perkara yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib seseorang. Demikian pula sebaliknya dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berhasrat untuk meminangnya, dapat menempuh cara yang sama.
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits Fathimah bintu Qais ketika dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm, lalu dia minta nasehat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau bersabda:

أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتِقِهِ، وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوْكٌ لاَ مَالَ لَهُ، انْكِحِي أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ

“Adapun Abu Jahm, maka dia adalah lelaki yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya . Adapun Mu’awiyah, dia adalah lelaki miskin yang tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.” (HR. Muslim)
Para ulama juga menyatakan bolehnya berbicara secara langsung dengan calon istri yang dilamar sesuai dengan tuntunan hajat dan maslahat. Akan tetapi tentunya tanpa khalwat dan dari balik hijab. Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (130-129/5 cetakan Darul Atsar) berkata: “Bolehnya berbicara dengan calon istri yang dilamar wajib dibatasi dengan syarat tidak membangkitkan syahwat atau tanpa disertai dengan menikmati percakapan tersebut. Jika hal itu terjadi maka hukumnya haram, karena setiap orang wajib menghindar dan menjauh dari fitnah.”
Perkara ini diistilahkan dengan ta’aruf. Adapun terkait dengan hal-hal yang lebih spesifik yaitu organ tubuh, maka cara yang diajarkan adalah dengan melakukan nazhor, yaitu melihat wanita yang hendak dilamar. Nazhor memiliki aturan-aturan dan persyaratan-persyaratan yang membutuhkan pembahasan khusus .






Agama dan Ilmu Pengetahuan untuk Mentauhidkan Allah
Pernah terucap sebuah pertanyaan :”Bagaimana cara kita memadukan pemahaman agama dan ilmu pengetahuan?Bisakah disinkronkan?”
Pertanyaan ini memiliki kekeliruan yang sangat mendasar. Karena sesungguhnya di dalam Al Qur’an Allah tidak pernah membeda – bedakan, apalagi memisah – misahkan antara syariat dan ilmu pengetahuan. Kedua – duanya menyatu di dalam informasi Al Qur’an dalam konteks mentauhidkan Allah, yaitu memahami eksistensi-Nya. Mengenal-Nya. Berinteraksi dengan Dzat Yang Maha Agung itu, dan akhirnya ’bersatu’ dalam kebesaran-Nya.
Hampir di setiap halaman Al Qur’an yang kita buka, selalu ada informasi – informasi ilmu pengetahuan. Dan yang menarik, informasi ilmu pengetahuan itu bukan sekedar digunakan untuk mengembangkan ilmu itu sendiri, melainkan bertujuan utama untuk mentauhidkan Allah. Artinya, semakin tinggi ilmu yang kita peroleh dari fakta empirik di sekitar kita, maka efeknya harus membawa kita semakin terkagum – kagum oleh kehebatan Allah Yang Maha Esa. Bukan sebaliknya, menjadi sombong dan mengingkari Allah.
Memisahkan dan membeda – bedakan fakta yang ada di sekitar kita, sebenarnya tidak lebih hanyalah pekerjaan manusia, dikarenakan keterbatasannya saja. Bagi Allah fakta ini adalah tunggal. Tidak ada bedanya agama dan ilmu pengentahuan, karena kedua – duanya adalah ayat – ayat Allah juga. Ilmu pengetahuan tersebar di alam semesta, dan syariat tercakup di dalam Al Qur’an. Apa pun yang kita lakukan, dan dari sisi mana pun kita melakukan pendekatan kepada Allah, pasti kita akan bertemu dengan Allah. Dan bila kita gabungkan kedua pendekatan itu, maka Insya Allah kita akan memperoleh cara yang lebih baik ketimbang hanya lewat satu sisi saja.
Misalnya yang terdapat di dalam QS. Mukminuun : 12 – 14, yang artinya :
”Dan sungguh telah Kami ciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu tersimpan di dalam tempat yang kokoh. Kemudian Kami ciptakan dari saripati itu segumpal darah. Maka Kami ciptakan dari segumpal darah itu segumpal daging. Maka Kami ciptakan dari daging itu tulang – belulang. Dan Kami bungkus tulang – belulang itu dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah. Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu, kamu sekalian akan mati. Kemudian kamu sekalian akan dibangkitkan di Hari Kiamat.”
Firman Allah di atas sangat jelas arahnya. Bahwa kita dipancing untuk memahami penciptaan manusia. Namun informasi dari Al Qur’an tersebut terlalu global untuk memberikan pemahaman yang ‘mengesankan’. Karena, agar lebih memahaminya, kita harus membuka – buka informasi dari ilmu pengetahuan kedokteran yang bersifat empirik dan telah bisa dibuktikan secara ilmiah.
Memang proses pertumbuhan janin di dalam rahim itu kini sudah diketahui secara meluas, sebagai dampak perkembangan ilmu kedokteran. Akan tetapi, pada awalnya firman Allah tersebut bisa memancing orang yang membacanya untuk mengembangkan penelitian tentang proses penciptaan manusia itu. Dan yang demikian itu telah terjadi pada zaman keemasan Islam di abad – abad ke-8 sampai 12, sehingga berkembanglah berbagai bidang ilmu pengentahuan seperti yang kita kenali sekarang : ilmu Kedokteran, ilmu Kimia, Matematika, Astronomi, dan lain - lain.
Apakah tujuan dari pancingan Allah agar kita mengembangkan ilmu pengetahuan itu? Ternyata bukan untuk kehebatan ilmu itu sendiri. Melainkan lebih jauh dan mendalam lagi, yaitu digunakan untuk meyakinkan kita, bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Berilmu, sumber dari segala ilmu pengetahuan. Kalau kita menghayati kenyataan empirik tersebut, hati kita benar – benar akan bergetar mengamati proses penciptaan yang berlangsung secara sangat menakjubkan.
Tugas kita sekarang setelah memahami hal tersebut adalah untuk memberitahu kepada saudara – saudara kita yang belum mengetahuinya, mengajak mereka untuk mengingat semua kebesaran Allah. QS. Al Ghasiyaah: 17 – 26, yang artinya :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan? Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah mereka peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Tetapi orang yang berpaling dan kafir, maka Allah akan mengazabnya, dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kami (Allah) – lah mereka kembali. Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami – laj menghisab (mengadili) mereka.”
Sudah tergambar betapa luar biasa ilmu Allah yang tersebar di alam semesta sebagai ayat kauniah, mau pun Ilmu Allah yang termaktub di dalam Al Qur,an. Kita tidak akan pernah mampu memahami seluruh ilmu-Nya, karena manusia ini sangatlah terbatas kemampuannya.
Kini menjadi jelas betapa seluruh pendekatan yang bisa kita lakukan, baik lewat syariat mau pun Sains, untuk memahami eksistensi Allah itu sebenarnya akan bermuara pada hasil yang sama, yaitu kekaguman kita kepada Kebesaran dan Keagungan Allah Sang Maha Pencipta. Di sinilah terbukti, bahwa apa pun yang kita lakukan ternyata telah membawa kita kembali kepada Tauhidullah, yaitu proses meng-Esakan Allah SWT.








Benarkah akhirat itu tidak kekal?
Setelah kemarin malam susah tidur, karena pikiran menewarang jauh entah kemana, memikirkan bermacam - macam hal. Terus pagi ini sebelum pegi beli sarapan, mampi ke warnet dulu untuk ngecek email dan surfing. Buka google, terus tiba - tiba ngetik query-nya "akhirat tidak kekal".
Aku pernah baca buku karangan Agus Mustofa, judulnya "ternyata akhirat tidak kekal". Di dalamnya menyimpulkan bahwa akhirat itu ternyata tidak kekal. Karena akhirat itu adalah ciptaan Allah, jadi berarti termasuk makhluk. Dan makhluk Allah itu tidak kekal, yang kekal hanyalah Allah SWT. Nah dari hasil pencarian di google, banyak juga yang membahas masalah ini. Ada yang tidak sependapat. Karena di dalam Al Qur'an banyak ayat yang menjelaskan bahwa surga dan neraka itu kekal adanya.
Setelah membaca hal2 tersebut, aku berpendapat sebenarnya tidak ada yang salah. Akhirat itu bisa saja memang kekal, tetapi kekal sebatas ketika Allah masih menghendakinya ada (jadi berarti bisa saja tidak kekal bukan?). yah mungkin bisa dibilang kalau kekekalan akhirat itu tidak absolut...karena yang BENAR - BENAR KEKAL itu hanyalah Allah Sang Maha Pencipta.
Hal seperti ini bagus sekali didiskusikan, tetapi tidak dipertentangkan sehingga akan menimbulkan perpecahan. Yang penting kita tetap menjalankan perintahNya seperti yang ada di Al Qu'an dan Hadist. Karena yang jelas kita tentu mengharapkan surga nantinya bukan...Kehidupan di surga lebih dari apa pun di bumi ini.. Dan wajar saja kalau terdapat berbagai pemahaman/penafsiran tentang agama, karena otak kita tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau seluruh informasi yang ada, karena Yang Maha Mengetahui hanyalah Allah SWT.

Senin, 03 Agustus 2009

SAJAK TEMAN KANTOR DI ADVETISING.

RIRIS

Burung kenari
lincah kesana kemari
Jika marah suaranya keras sekali
Kadang ia menangis sendiri
Menyesal barangkali

Riris
Burung kenari sangat manja
Ia banyak disuka
Murah senyum
Banyak candanya
Mudah bergaulnya
Diman saja
Kapan saja
Hanya ditempat tidur yang tidak bisa (maaf bercanda)

Riris
Burung kenari berwarna biru
Dibawa rama perwira cepat maju
Suatu bukti menyatakan begitu
Dari Pem,bina usaha sampai manger baru
Salah satu yang dibina
Adalah Gatorade yang sangat laku
Dan terkenal segala penjuru
Dari abang-abang sampai ke petinju

Riris
Burung kenari yang mau pergi
Baca sajak ini berkali kali
Dan simpan dalam hati
Pasti kamu akan selalu ingat siapa yang menulis ini


A.S.S. RP.97 (Abdulrachman Saleh S. Rama perwira 1997)



MIMIN

Mimin panggilannya, Yasmina namanya
Media planner pekerjaanya
Bekerja di Rama Perwira sih belum lama
Tapi prestasi kerja sih sudah ada
Orang ini sebenarnya tetangga saya
Satu komplek tinggalnya
Kalau bekerja banyak jalan kakinya
Karena Pulo gebang - Pulo gadung banyak macetnya
Pakainnya tidak mengenal gaun atau rok sejenisnya
Setiap hari kerja pakai celana panjang dan kemeja

Orangnya ceria, suka nyanyi kecil sendirian saja
Banyak humornya, suka membagi kacis cinema
Dan sampai sekarang saya belum menemukan amarahnya
Kalau pergi keluar negeri tidak lupa
oleh-oleh untuk saya

Mimin orang Sumatera Barat ini selalu banyak makannya
Tapi takut gemuk karena kegemarannya
Kesukaan yang demikian tidak lebih dari paru-paru yang digorengnya.
Dan sarapan pagi lontong sayur kesukaannya.

Eh saya dengar mau pindah cari cowo-cowo yang lebih keren dari yang ada di Rama Perwira

Semoga saya doain di tempat baru enteng jodohnya.
Kalau dapat jangan lupa undang saya tetangganya.

A.S.S. RP. 97 (Abdulrachman Saleh S. Rama Perwira 1997)




AI LEEN (katanya kau sekarang di Malaysia)

Orangnya ramah, sopan adanya
Dan suka menegur siapa saja dengan bahasa ASALNYA
Terhadap anak buah banyak perhatiannya
Penampilan rapi dengan baju-bajunya.
Yang kadang kala tidak menyembunyikan betisnya yang indah
Soal pekerjaan jangan dikata

Rencana-rencana pemasangan di Mass Media sudah pakarnya
Menghitung biaya dan membaginya sudah biasa
Orang ini tenang tidak mau berisik rupanya
Banyak kerjanya dari pada kata-kata

Jabatan terakhir Media Direktur, kurang lebih sudah 4 tahun bekerja di Rama Perwira
Kesukaan makannya tidak jauh dari combro, ayam cabe hijau dan puyung hai kesukaanya
masakan padang apalagi dengan ayam bakar sampai dua

Kini pamit mau pindah entah kemana yang penting kita
Aku sebagai pribadi yang mengagumi betisnya
Hanya berdoa di tempat yang baru lebih sukses daripada tempat yang lama

Singkat kata hanya itu yang bisa saya perbuat dan saya berkata.


A.S.S. R.P. 4.97
(Abdulrachman Saleh S. Rapa Perwira April 1997)



"RINA PURNAMA"

Rina ketika kau sedang cemberut aku tersenyum dan bertanya.
"Apa yang bisa kubantu?"

Rina ketika kau sedang terbungkuk mennahan saki
aku hanya bisa bilang "Jaga kesehtanmu."

Rina ketika kita berjalan lewat Tall menatap bulan purnama
aku bilang "Ternyata hidup itu indah".

"Lihat cahaya bulan menatap kita"
lalu aku cuma bilang
"Kebahagiaan yang abadi, hidup itu jangan serakah"

Ketika kau sudah tidak sendiri aku hanya pesan
"Trus and respect are conditioned of happy maried, saling percaya dan saling menghormati kunci kebahagiaan rumah tangga.

Rinna jangan lupa baca surat Aruum ayat 24 dan surat Al Baqarah surat 2 ayat 255 (ayat kursi) jika kamu mau tidur

Rina ketika aku dengar aku tidak jadi punya ponakan
aku hanya berkata "Itu belum rejekinya", nanti juga
banyak seperti Pak Abdul punya anak lima

Rina ketika kudengar kau akan pamit dari kita
terutama aku pribadi yang mengenal kebaikan Anda
Lima tahun saling bahu membahu membagi suka dan duka
dealam mengarungi bina usaha
ditanggung bersa sepertinya
waktu itu berlalu singkat saja
Tapi bukan kita bertanya pada diri kita
dalam kata bijaknya
I wonder what is ahead of us next year
"Aku bertanya pada hati ini apa yang akan terjadi pada
diri kita tahun yang akan datang"
Bukan kita membawa nasibnya

Selamat jalan Rina selamat menempuh jalan baru
mungkin disana tidak banyak duri dan paku
tapi rintangan hidup akan ada di mana-mana
disini maupun disitu
itulah hidup dengan penuh liku-liku

hanya pesanku tabah tawakal dekat dengan Allah
satu-satunya pelindung kita

naskah puisi ini ku buat waktu kamu pamit dari Rama Perwira
dan dibacakan oleh aku di depan teman-teman kita
sekarang naskah ini untukmu

Juga salam untuk Boy dan anakmu


ASS. R.P. (Abdulrachman Saleh S. Rama Perwira 97).



MATHEUS

Matheus
Yang tinggi kurus
Senyumnya yang selalu terus
Biar susah biar senang
Juga dalam serius
Matheus ingata
Lama kerja di Rama Perwira
Enama tahun tidak terasa
Media Buyer Jabatannya
Matheus
Yang rambutnya agak lurus
kerjanya juga bagus
Tidak pernah susah melawan Arus
Matheus ingata hanidas
Hari telah ditentukan tinggal landas
Minggalkan kita pindah ke
Advertising yang pas
Bagiku bagi kita cuma mengucapkan
selamat jalan Matius Ingata Hanidas
Dari rekan-rekan Rama Perwira
ASS. R.P. (Abdulrachman Saleh S Rama Perwira) 97.