Jumat, 18 September 2009

DEFINISI CINTA.

MENGHARAP CINTA DARI ALLAH
MENGORBANKAN SEGALANYA.

Cintanya terhadap Allah yang berlebihan sehingga mengorbankan segala-segalanya demi mengharap cinta dari Allah. Juga tidak boleh, Allah tidak menginginkan umatnya terlalu berlebih-lebihan. Makan berlebihan, minum terlalu berlebihan harta terlalu berlebihan apalagi tidak diinfakkan beberapa dari harta, berpakaian berlebihan, berbicara berlebihan apalagi obral janji berlebihan, tertawa berlebihan. cinta terhadap keluarga berlebihan, seperti cinta pada anak dan istri yang berlebihan.
Seperti Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 190 (QS;2:190)
              
190. dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Seperti sajak cinta yang berlebihan, ceritera novel yang berlebihan. Allah tidak membutuhkan puji dan sanjung berlebihan, apalagi sanjung dan puji sifat munafik mengharap pamrih yang berlebihan. Begitu cinta terhadap Allah jangan terlalu berlebihan. Yang terpenting bagi kita umat muslim. Bagaimana cara agar Allah sedikit memberi cinta pada kita itu yang kita harapkan?.
Seperti kata bijak dibawah ini.

“Kalau engkau mencintai dan dicintai orang, bersyukurlah. Karena hidupmu telah berharga, tandanya engkau telah masuk dalam daftar anak bumi yang terpilih. Allah telah memperhatikan belas kasih-Nya kepadamu lantaran pergaduhan hati sesama makhluk. Dua jiwa di seberang Masyriq dan Magrib telah terkukung di bawah suatu perasaan di dalam lingkungan Allah (Al-Nisah Mai)
“Kalau cintanya tak terbalas, bersyukurlah.Karena sesungguhnya orang yang mengusir akan jatuh kasihan dan ingin kembali kepada orang yang diusirnya itu, setelah dia jatuh dari matanya, dia akan jatuh cinta yang lebih tinggi derajatnya dari pada cinta lantaran hawa”.

Batasan Cinta:
Memang sukar memberi batasan tentang cinta; hanya dikatakan bahwa dalam jiwa ia adalah nafsu, dalam sukma adalah simpati, dalam badan hanya suatu keinginan tersembunyi dan halus untuk memiliki yang dicintainya setelah melampaui banyak keharmonisan.
Sebagai gambaran atau perjalanan sejarah yang tercatat.
Seperti layaknya cintanya Romeo terhadap Yuliet, atau cintanya Rama terhadap Shinta, Cintanya Kaislaele dan Maznun, Atau Cintanya sampek dan Engtai, Saida dan Adinda, Roro Mendut dan Pono citro, dan masih banyak ceritera ceritera cinta yang mengorbankan segala galanya demi untuk mengharapakan sebuah cinta. Dan cinta kedua belah pihak pun tidak cinta sembarang cinta hingga mendapatkan bukan cinta bertepuk sebelah tangan tapi cinta mereka telah terbentuk sedemikian rupa sehingga tercatat dalam sejarah sepanjang jaman. Itulah cinta Insan di Dunia.

Cinta terhadap tasauf, tokoh sufi yang terkenal adalah Rabi’ah Al-Adawiyah yang begitu cintanya terhadap Allah untuk mendapatkan sebuah ridonya dari Allah ia mau berkoban tidak bercinta dengan makhluk lain terkecuali Allah. Dituliskan atau diabadikan pada buku-buku sufi. Ia adalah seorang Sufi wanita terkenal abad ked 8. Rabi’ah al-Adawiyah terkenal zahid (tak tertarik pada harta dan kesenangan duniawi dan tak mau meminta pertolongan pada orang lain. Dan manusia untuk mendapatkan cinta dari Allah SWT. dan Allah pun agar berekenan Cinta pada dirinya, maka untuk mencapai jalur cinta dari Allah yang ditempuh oleh manusia yakni dengan jalan tarekat.
Beda cinta manusia dangan manusia, cinta manusia dengan sang penciptanya yakni Allah.

Sepenggal perasaan cinta dan asyik maksyuk dengan Allah, sebgaiman kekasihnya. Bagaimana gelora cintanya
kepada Allah. Tergambar dalam sejumlah ungkapan-ungkapan berikut:

“Aku mengabdi kepada Allah bukan takut kepada Neraka ...bukan pula ingin masuk surg ... tapi aku mengabdi karena cintaku kepada Allah.”

“Allah, jika aku mengabdi kepada-Mu karena takut pada neraka, bakar aku didalamnya, dan jika aku mengabdi kepada-Mu karena mengharapkan surga.. jauhkanlah aku daripadanya : tetapi jika Kau kupuja semata-mata karena Kau. maka janganlah Kau sembunyikan kecantikan-Mu yang kekal dariku.
“Ya Tuhan bintang di langit telah gemerlapan, orang orang telah bertiduran, pintu-pintu istana telah dikunci dan tiap kekasih telah menyendiri dengan kekasihnya dan inilah aku di hadirat-Mu.”

Sewaktu fajar telah menyinsing : “Tuhanku, malam telah berlalu dan siang segera menampakan diri. Aku gelisah apakah amalanku Kau-terima hingga aku merasa bahagia, ataukah Kau-tolak hingga aku merasa sedih.
Demi kemuliaan-Mu inilah yang akan kulakukan selama aku Kau-beri hayat. Sekiranya Kau-usir dari depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi, karena cinta pada-Mu telah memenuhi hatiku.”
“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta :cinta karena diriku dan cinta karena Diri-Mu. Cinta karena diriku adalah keadaanku senantiasa mengingat-Mu, dan cinta karena diri-Mu adalah keadaan-Mu menyingkapkan tabir hingga Kau kulihat.
Baik untuk ini maupun untuk itu, pujian bukanlah bagiku, tapi bagi-Mullah pujian untuk semuanya.”

“Wahai kekasih-hati, hanya Kau-lah yang kucintai. Bari ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadirat-Mu.
Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku.Hatiku telah enggan mencintai selain dari-Mu. (Ensiklopedi Islam Indonesia)

Cinta terhadap Rasulullah saw, sangat beda sekali dengan definisi-definisi cinta yang diuraiukan oleh cinta yang bersifat duniawi.
Cinta pada Nabi Muhammad SAW adalah cinta untuk pendekatan pada Rasul dengan cara mentaati apa yang dianjurkan oleh Rasul dan menjauhi apa yang dilarang/tidak diajarkan/tidak dilakukan oleh Rasul.

Seperti dalam firman Allah sebagai berikut :
Surat Al Ahzab (33) surat 62.
•          •   
62. sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah.

Didalam surat :
Faathir (35) ayat 43.
                • •    •      •   
43. karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu[1261]. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.

[1261] Yang dimaksud dengan sunnah orang-orang yang terdahulu ialah turunnya siksa kepada orang-orang yang mendustakan rasul.

Didalam surat : Al Fath (48) ayat 23
•          •   
23. sebagai suatu sunnatullah[1403] yang telah Berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu.

[1403] Sunnatullah Yaitu hukum Allah yang telah ditetapkannya.

Didalam Surat : Ali Imran (3) ayat 132
     
132. dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat.

Didalam surat An - Nisaa (4) ayat 80
•             
80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].

[321] Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.

Masih dalam firman Allah surat An-Nisaa (4) ayat 115 dan 170
      •           •   • 
115. dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu[348] dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

[348] Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.

 ••             •         •  
170. Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah[382]. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

[382] Allah yang mempunyai segala yang di langit dan di bumi tentu saja tidak berkehendak kepada siapapun karena itu tentu saja kekafiranmu tidak akan mendatangkan kerugian sedikitpun kepada-Nya.

Didalam surat AlA’raaf (7) ayat 157.
   •                               •  •         
157. (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka[574]. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.

[574] Maksudnya: dalam syari'at yang dibawa oleh Muhammad itu tidak ada lagi beban-beban yang berat yang dipikulkan kepada Bani Israil. Umpamanya: mensyari'atkan membunuh diri untuk sahnya taubat, mewajibkan kisas pada pembunuhan baik yang disengaja atau tidak tanpa membolehkan membayar diat, memotong anggota badan yang melakukan kesalahan, membuang atau menggunting kain yang kena najis.

Didalam firman Allah Surat Al Anfaal (8) Ayat27
           
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Didalam Firman Allah Surat An Nur (24) ayat 54
             •             
54. Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".

Penulis tambahkan dari Hadist Shahih Bukhari No 1892.

Dari Abu Hurairah R.A. bahwa Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang mematuhi perintahku, maka sesungguhnya orang itu mematuhi peritah Allah.
Dan siapa yang melanggar perintahku, maka sesungguhnya dia mendurhakai Allah. Siapa yang mematuhi perintah pembesarku, maka sesungguhnya orang itu mematuhi peritahku. Dan siapa yang melanggar perintah pembesarku, maka sesungguhnya orang itu melanggar perintahku.
Sederhana sekali rasa cinta kepada Rasulullah dan Allah, hanya kita berat menjalankannya, Tapi jika sudah rasa cinta kita Seperti Rabi’ah Al-Adawiyah atau seperberapa rasa cinta yang tidak berlebihan. Tidak muluk-muluk keinginan kita untuk mendapat balasan cinta dari Allah. Balasan cinta dari Allah walau hanya seberapa bahagia kita.

Kesimpulan :
Berlebihan, melampui batas, Allah tidak suka dengan cara-cara Kita sebagi umat muslim yang taat ibadah dan taat menjalankan perintah Allah dan taat sunnah Rasulullah, dan taat menjalankan apa yang dilarang dan diperbolehkan. Jangan terlalu berlebihan Bukannya Allah menjadi Cinta pada kita, malah berpaling dari hadapan kita.














Cakil (catatan kecil) Qi-adul
E-mail q_adul@yahoo.com
http://d-humaniora.blogspot.com.

Definisi-definisi Cinta :
Cinta menurut para, Ulama, cendekiawan, sastrawan, dan agamawan dan budayawan.

Imam Ghazali.
Rasa cinta kepada Allah. Orang jatuh cinta lebih senang berdua-duaan dengan kekasihnya dimalam hari ketika orang lain sedang tidur nyenyak.

Pof.DR. Hamka.
Cinta dan keadilan tidak dapat dipisahkan,sebab cinta mengandung kejujuran dan amanat, sedang jujur dan amanat adalah tiang dari keadilan.

There are four different kind of love :
1. Passion – Love that or the Potuguese Nun, of Meloise for Abelard.
2. Sympathy –Love, such as .. is found in the memoirs and romance..
3. Sensual Love
4. Vanity Love
Ada empat macam cinta :
1. Cinta nafsu, cinta dari biarawati Portugis cinta Meloise terhadap Abelerdus.
2. Cinta simpati seperti terthadap dalam memoar atau roman.
3. Cinta sensual
4. Cinta kesia siaan.
(Stendhal tahun 1782 1812, Penulis Inggris)

Seek the truth
Listen to the truth
Love the truth
Abide by the truth
And defend the truth
unto death

Carilah kebenarfan
Dengarkan kebenaran
Cintailah kebenaran
Ajarkan kebenaran
Dan belalah kebenaran sampai mati

Cinta tidak mengenal batas dan rintangan
Cinta tidak mengenal lautan api yang diseberangkan
Apapun yang dilakukan demi cinta

Jalaludin Rumi demi cinta meninggalkan segala kesenangan duniawi

Rabi’ah Al-Adawiyah, menikmati kesendirian seumur hidupnya demi cinta.

Khalil Gibran : Jika cinta menghampiri ikuti kemana pergi.

Banyak orang percaya kekuatan cinta dapat mengubah kehidupan manusia.

Cinta adalah Api yang dingin siapa yang mendekatinya tidak akan terbakar tetapi tertangkap
Kita tidak dapat melemparkan diri dari pada cinta, karena ia adalah sebagian dari asal manusia.

Cinta membuat orang lemah jadi kuat dan orang kuat jadi lemah Contoh Samson dan Delilah. (Lord Byron)

Cinta itu suatu hal yang aneh, jika manusia menggenggamnya terlalu kuat ia akan mati, tetapi jika manusia menggenggamnya terlalu longgar maka ia akan mati (Harrit K)

Sesedih-sedihnya cinta masih akan dapat meninggalkan kesan dan kesenangan yang indah (Alfred de Nusset).

Cinta yang dimulai dengan api semangat yang membakar, seringkali berakhir dingin dan beku.

Cintailah semua orang, tetapi percayailah kepada sedikit orang saja (William Shakespeare)

Barang siapa memiliki kecintaan yang baik maka ia malu akan berbuat sesutu kejahatan. (Wolter Vonder Vogelweids)

Berjumpa, berkenalan, bercinta, dan berpisah, itulah ceritera sedih banyak di hati manusia (Voltaire)

Dalam percintaan orang membutuhkan kepercayaan, dalam persahabatan dibutuhkan pengertian (Abei Dokward)

Cinta itu gelisah tetapi membawa ketentraman.

Bahagia yang sejati ialah bahwa engkau mencintai sesama manusia sebagaimana mencintai dirimu sendiri. (Leo Tolstoy)

Cinta keduniawian itu menjadi pokok pangkal dari segala kesalahan (Imam Malik)

Diantara hal yang diperjual belikan, cinta palsu lebih mahal harganya dari pada cinta sejati.

Apabila cinta telah mendalam, tidak ada lagi kehendak kecintaan yang berat dipikul. Apabila cinta telah terpadu, maka diantara yang mencintai dengan yang dicintai samalah kesukaaanya dan samalah yang tidak disukai.(Prof. Dr. Hamka).

Cintailah apa yang dicintai masyarakat umum dan marahilah apa yang dimarahi masyarakat umum. (Kong Fu Tse)

Cinta menyebabkan si kikir menjadi royal, si pengecut akan lebih berani mati untuk orang yang dicintainya. (Victor More)

Tanda cinta itu terus menerus rajin dan bersungguh-sungguh dengan kerinduan , lesu badannya tapi tidak lesu hatinya.

Hunger I can encure, Love I can not:Lapar dapat saya tahan tetapi cinta tidak (Claudius Caudianus)

Love of money is mother of all evill. Cinta akan uang adalah biang dari segala kejahatan (Diagenly 400 – 325 SM Filsuf Yunani)

The love of money and the love of learning rarely meet.
Cinta uang dan cinta pengetahuan sulit dapat disatukan. (George KHerbert,` 1593 – 1633) Penyair Metafisi Inggris.












OBITUARIUM

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat sakit
atau gatal
Aku pingin makan tajin
Aku tak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal
dan wajar
Aku pingin membersihkan
tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan
alam
Aku ingin meningkatkan
pengabdian
kepada Allah
Tuhan aku cinta pada-Mu


Rendra
31 Juli 2009
Mitra Keluarga
(Media Indonesia Sabtu 8 Agustus 2009)



INGIN KITA MENINGGALKAN KESAN BAIK
DAN BERMANFAAT BAGI BANYAK ORANG.

Pernah seorang teman mengutarakan padaku:
“Pak Abdul saya ingin nanti kalau saya sudah tidak ada, jangan sampai ketidak adaan saya ditengah jalan, karena celaka atau apapun sehingga saya ditutupi koran terbitan hari ini atau terbitan sudah lewat berapa hari atau berapa minggu, dan ditonton orang banyak hanya ingin tahu awal kejadiannya apa?”. lalu diam sejenak, dan ia berkata lagi. “Aku sih inginnya yang wajar-wajar saja ketika saya berakhir masa tinggal di bumi, ingin ditempat tidur dan ditunggui sanak keluarga dan berakhir dengan wajar dan sangat mengharapkan sekali semoga doa permohonan saya diterima oleh Allah”.
“Semua juga inginnya begitu, tapi masalah penjemputan kita dari atas bumi berpijak berbeda,beda, waktu berbeda, tempat berbeda, dan ketidak adaan kita waktu berakhir dengan cara apa kita tidak tahu?.” Kataku. “Yang penting kita bermohon pada Yang Maha Kuasa (Allah), agar akhir hayat kita dibaguskan tempatnya, dibaguskan kondisinya, dibaguskan pada masa akhir hidupnya.” Kataku lagi.
Jelang beberapa tahun saya tidak jumpa dengan temanku itu, dan ketika itu saya sedang ditugaskan keluar kota. Saya mendengar ia meningal, dan berita dari temanku. “Ia jatuh di Pinggir Jalan raya yang kebetulan di depan Rumah sakit yang cukup bagus, dan segera ditolong langsung, karena ia berpakain sangat rapi dan berdasi”. Memang temanku selalu kekantor dulu ia sangat berpakaian rapi dan selalu berdasi. Alasannya : “Kalau kita punya masalah, atau kena musibah di tengah jalan kita cepat ditolong orang, dibandingkan dengan orang yang berpakaian orang kumuh.” begitu ucapannya.
“Akhir hayatnya dihadiri sanak keluarga di Rumah sakit”.Begitu teman-teman yang lain berceritera padaku.
Aku hanya bicara dalam hati.”Ya Allah engkau mengabulkan doanya, ia tidak ingin berakhir hidupnya dengan keadaan nista”.
Sisi lain ia adalah seorang teman, seorang yang saya gemari, dan sangat terkenal di dunia theater dan budaya, penyair yakni WS Redra. Saya bertemu terakhir kali ketika mempringati ulang tahunnya yang ke 70 (tujuh puluh) tahun, di TIM dalam rangka seminar perjalanan budaya dan sedlama ia berkecimpun di dunia penyairan.
Yang saya sangat terkesan sekali yakni sajaknya yang terakhir di muat di harian Media Indonesia hari Sabtu tanggal 8 Agustus 2009 sedang WS Rendra dijemput Oleh Yang Maha Kuasa tanggal 6 Agustus 2009.
Sajak ditulis tgl 31 Juli 2009, ketika sedang sakit dan dirawat dirumah sakit.

OBITUARIUM

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat sakit
atau gatal
Aku pingin makan tajin
Aku tak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal
dan wajar
Aku pingin membersihkan
tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan
alam
Aku ingin meningkatkan
pengabdian
kepada Allah
Tuhan aku cinta pada-Mu

Rendra
31 Juli 2009
Mitra Keluarga
(Media Indonesia Sabtu 8 Agustus 2009)

Dua kejadian atau dua peristiwa dan peristiwa-peristiwa lainnya sudah tidak asing bagi manusia yang hidup di bumi ini. Karena kita menyadari bahwa, semua yang hidup di bumi akan mati sesuai dengan firman Allah :

Surat Ali Imran ayat 143 s/d 145 (QS;3:143-145)

  •                      •                                              
143. Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya[233].
144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[234]. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
145. sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

[233] Maksudnya: sebelum perang Uhud banyak Para sahabat terutama yang tidak turut perang Badar menganjurkan agar Nabi Muhammad s.a.w. keluar dari kota Madinah memerangi orang-orang kafir.
[234] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. ialah seorang manusia yang diangkat Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. ada yang wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. karena itu Nabi Muhammad s.a.w. juga akan wafat seperti halnya Rasul-rasul yang terdahulu itu. di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad s.a.w. mati terbunuh. berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah Dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang munafik itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar r.a. mengemukakan ayat ini di mana terjadi pula kegelisahan di kalangan Para sahabat di hari wafatnya Nabi Muhammad s.a.w. untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab r.a. dan sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi itu. (Sahih Bukhari bab Ketakwaan Sahabat).

Masih dalam surat Ali Imran ayat 154 s/d 158

                                •        •            •                                •                   •                                                                  
154. kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu[241], sedang segolongan lagi[242] telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah[243]. mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". mereka Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati.
155. Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu[244], hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan Sesungguhnya Allah telah memberi ma'af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
156. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka Mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." akibat (dari Perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan. dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan.
157. dan sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal[245], tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan.
158. dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.

[241] Yaitu: orang-orang Islam yang kuat keyakinannya.
[242] Yaitu: orang-orang Islam yang masih ragu-ragu.
[243] Ialah: sangkaan bahwa kalau Muhammad s.a.w. itu benar-benar Nabi dan Rasul Allah, tentu Dia tidak akan dapat dikalahkan dalam peperangan.
[244] Dua pasukan itu ialah pasukan kaum muslimin dan pasukan kaum musyrikin.
[245] Maksudnya: meninggal di jalan Allah bukan karena peperangan.

Masih dalam surat Ali Imran ayat 168 dan 169

                   •             
168. orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar".
169. janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[248] disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.

[248] Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana Keadaan hidup itu.

Masih di dalam firman Allah surat Ali Imran ayat 185

              •  •          
185. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Didalam Surat An Nisaa ayat 78 (QS;4:78)

                                        
78. di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan[320] sedikitpun?

[319] Kemenangan dalam peperangan atau rezki.
[320] Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.

Di Dalam surat Al An’aam ayat 61 dan 93 (QS;6:61 dan 93)

        •          
61. dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.

                                                   
93. dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", Padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya Sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang Para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.

Didalam surat Al A’raaf ayat 34 (QS;7:34)

 •            
34. tiap-tiap umat mempunyai batas waktu[537]; Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.

[537] Maksudnya: tiap-tiap bangsa mempunyai batas waktu kejayaan atau keruntuhan.

Surat Yunus ayat 49 (QS;10:49)

      •       •            
49. Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". tiap-tiap umat mempunyai ajal[696]. apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).

[696] Yang dimaksud dengan ajal ialah, masa keruntuhannya.

Dalam surat Al Hijr ayat 5 (QS;15:5)

•   •    
5. tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan (Nya).

Surat An Nahl ayat 61 (QS;16:61)

   ••  •                    
61. Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.

Surat Al Anbiyaa’ ayat 35 (QS;21:35)

            
35. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.

Didalam surat Al Mukminuun ayat, 15, 43,99 dan 100(QS;23:15,43,99,100)
     
15. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.

   •    
43. tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu).

•                            
99. (Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)[1021],
100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan[1022].

[1021] Maksudnya: orang-orang kafir di waktu menghadapi sakratul maut, minta supaya diperpanjang umur mereka, agar mereka dapat beriman.
[1022] Maksudnya: mereka sekarang telah menghadapi suatu kehidupan baru, Yaitu kehidupan dalam kubur, yang membatasi antara dunia dan akhirat.

Di dalam surat Al ‘Ankabuut ayat 57 (QS;29:57)

        
57. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.

Didalam surat Saba’ ayat 14 (QS;34:14)

                •            
14. Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau Sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.

Di Dalam Surat Az Zumar (QS;39:30,31 dan 42)
•  • •         
30. Sesungguhnya kamu akan mati dan Sesungguhnya mereka akan mati (pula).
31. kemudian Sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantah di hadapan Tuhanmu.

                      •      
42. Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan[1313]. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

[1313] Maksudnya: orang-orang yang mati itu rohnya ditahan Allah sehingga tidak dapat kembali kepada tubuhnya; dan orang-orang yang tidak mati hanya tidur saja, rohnya dilepaskan sehingga dapat kembali kepadanya lagi.

Di Firman Allah surat Qaaf ayat 19
          
19. dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.

Di Firman surat Al Waaqi’ah ayat 60,83 s/d 87(QS;56:60,83 s/d 87)

       
60. Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,

                           
83. Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,
84. Padahal kamu ketika itu melihat,
85. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat,
86. Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?
87. kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?

Di firman Allah rat Al Jumu’ah ayat 6 s/d 8 (QS;62: 6 s/d 8)
           •• •       •           •                  
6. Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mendakwakan bahwa Sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain, Maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar".
7. mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. dan Allah Maha mengetahui akan orang-orang yang zalim.
8. Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".

Di dalam firman Allah surat Al Munaafiquun ayat 10 dan 11 (QS;63:10 dan 11)

  •           •                     
10. dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"
11. dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.

Di Firman Allah surat Al Mulk ayat 12 (QS;67:12)
•      •   
12. Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

Di Firman Allah dalam Surat Al Qiyaamah ayat 26 s/d 30(QS;75:26 s/d 30).
                     
26. sekali-kali jangan. apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,
27. dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan?",
28. dan Dia yakin bahwa Sesungguhnya Itulah waktu perpisahan (dengan dunia),
29. dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan)[1533],
30. kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.

[1533] Karena hebatnya penderitaan di saat akan mati dan ketakutan akan meninggalkan dunia dan menghadapi akhirat.

Demikian ayat ayat yang berkenaan dengan kematian, akan penulis lampirkan Hadits dan kata kata bijak yang juga berkenaan dengan kematian.
Hadits Shahih Bukhari Jilid satu No 89 di halaman 68.

Ceritera dari Abdullah r.a., mengatakan. “Ketika saya berjalan bersama Rasulullah saw., melalui reruntruhan rumah-rumah di Madinah, sedang Nabi bertelekan pada sebatang tongkat dafrdi pelepah tamar, kami melewati sekelompok orang Yahudi.
Salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain. “Tanyakanlah kepadanya (Muhammad) masalah ruh!”.

Yang lain berkata, “Jangan! Kalau kau dia memberi jawaban yang kurang menyenangkan.”
Kata yang lain pula . “ Kita perlu bertanya padanya.”
Lalu salah seorang dari mereka berdiri dan bertanya. “Ya Abu Kasim! apakah yang dimaksud dengan ruh?”
Nabi diam sebentar.Saya kira ketika itu wahyu sedang turun kepada beliau dan saya masih saja berdiri di belakang beliau hingga wahyu itu selesai turun, Kemudian beliau membaca, “Mereka bertanya kepadamu perihal masalah ruh. KataKANLAH KEPADA MEREKA, RUH ITU URUSAN tUHAN BELAKA. kAMU TIDAK AKAN DIAJARKAN PERIHAL RUH ITU kecuali hanya sedikit[1]



Abu Hamid Al ghazali
Jangan sangka sang maut itu sebuah kematian, sesungguhnya dia kehidupan dan tujuan yang mulia. Jangan sesalkan kematian (al maut). Sesungguhnya ia adalah tempat pindah dari alam ini.

A good man never dies
Orang baik tak pernah mati

All tragedies are finished by death
Semua tragedi berakhir dengan suatu kematian.

The paths of glory lead but to the grave
Jalan kejayaan hanya menuju kematian.

Death is that final sparation from all we have worked for al that we built up,all that near and dear to us.
It’s too bad that daying is the last thing we do
Because it could teach us so much about living. (Robert M.Harold)

Kematian adalah perpisahan akhir dari semua yang telah kita upayakan, semuayang kita bangun, semua yang dekat dan berharga bagi. Tapi sayang bahwa kematian adalah hal yang terakhir yang kita lakukan, sebab kalau tidak dia bisa mengajarkan kepada kita banyak sekali hal mengenai kehidupan ini.

In this world nohing can be
Said to be certain except death and taxes
Di Dunia ini tidak ada yang dapay dikatakan sebagai yang pasti kecuali kematian dan pajak. (Benyamin Franklin 1706-1790)

We are all under sentence of death but with a sort of in definite reprieve.
Kita semua dihukum mati namun mengalami penangguhan untuk waktu yang tidak terbatas. (Victor Hugo)

There are but three great events in a man’s life birth life and death of birth he is insensible he suffers whwn he dies and forgets to life.
Hanya ada tiga peristiwa penting dalam hidup seorang manusia.
Kelahiran, kehidupan dan kematian.
Pada waktu lahir dia tidak merasa apa-apa, menderita ketika meninggal dan lupa untguk hidup (Jean De La Brayene 1645-1696)

All men are equal in thee presence of death
Di hadapan kematian semua orang adalah sama.

The wise man looks at deat with houesty dignity and calm reeoguizing that tragedy it is in hevent in the great gift of life.
Orangf bijak memandang kematian dengan jujur, penung penghargaan dan tenang karena mengetahui bahwa tragedi yang dibawanya menyatu dengan anugrag kehiduapn (coertiss Lamont 1902)

Teach him to life rather to avoid death life is not breath but action.
Ajarkanlah dia lebih mengha hidup dari pada menghindari kematian, hidup bukan nafas melainkan tujuaan

A sleep not death a good man never dies
Orang baik tidka ternah mati ia cuma tidur tidak mati.

The difficulty my friend is no to avaoid death but to avoid unrigh teauness for that runs fasten than death
Kesulitan bukan untuk menghindari kematian melainkan untuk menghindari kejahatan. Karena kejahatan lebih cepat larinya dari pada kematian.(Socrates 470-399 SM)

It is better to die on your feet than to life on your knees
Lebih baik matgi dalam keadaan tegak dari pada hidup bertekuk lutut.(Emiliano Zepata)

Life levels all mens ; death redveals the eminent
Hidup menumbangkan semua orang
Kematian mengungkapkan yang unggul

Tiadalah kesenangan bagi orang mu’min selain dari pada bertemu dengan Allah SWT. Maka hari kematian itu hari kegembiraan, kesenangan, kemegahan, keamanan dan kemuliaan.(Hasan Al Basri)

Ikatlah tengah-tengah dadamu bagi hati, bahwa mati itu akan menjumpai kamu.

Janganlah kamu bergundah hati dari mati apabila ia datang ke lembahmu. (Ali bin Abithalib)

Meninggalnya seribu ada yang malamnya mengerjakan sholat dan siangnya berbuasa adalah lebih mudah daripada meninggalnya seorang ahli ilmu yang mengetahui yang diharamkan dan yang dihalallkan Allah (Umar bin khattab)

What happens to the soul when is divorced from the body
Apa yang terjadi dengan jiwa ketika dipisahkan dari badan


“ J E N A Z A H”
Cakil (catatan kwecil) Qi-adul
(Abdulrachman Saleh S.)

Kug guyur tubuh kaku dingin beku
Ku basuh seluruh tubuh tanpa baju
Sabun, kembang harum , kapur barus , mengurangi bau

Diguyurkan dari ujung kepala ke ujung kuku
Perlahan–lahan kubasuh satu ke satu dan pada suatu saat akupun dimandikan begitu
begitu juga kamu-kamu dan kamu

Tubuh dingin kubungkus kafan
Bumbu jenazah, kapas, batang kenanga bubukan
Ku ikat dari kepala, pinggang kaki, tiga ikatan
Kuletakan di kiblatkan , dishalatkan
sebentar akan dikuburkan
Dengan ucapan kata dari teman
sanak famili ahli waris tentang kebaikan
utang piutang atau tunggakan
selama hidup ia jalankan

Hari ini aku membungkuskan
dan ikut mendo’akan

Pada suatu saat aku akan dibegitukan
begitu juga kalian
Semua Allah yang menentukan

Aku dan rekan menggotong kerandang tempat orang mati
Keranda yang dibuat dari besi
Seperti rasanya berat sekali
jika dosanya banyak sekati
Begitu kata Pak kiyai
Pada suatu saat akupun dipikul barangkali
begitu juga kalian entah entah sekarang atau nanti
datangnya tiba-tiba dan tak dapat di duga sama sekali

Ketika aku masukan jenazah itu ke liang kubur
liang yang sudah panjang badan diukur
tubuh yang tak membawa apaun terbujur

Pada suatu saat akupun gugur
begitu saudaraku sedulur
Jika ajal sudah tiba tidak bisa diundur

Jenazah dikubur hari ini
Bukan berarti
Orang itu sudah tidak ada lagi
Catatan sejarah yang diingatkan ini

Harimau mati meninggalkan belang gajah mati meninggalkan gigi
Kita mati meninggalkan amal ibadah dan bakti
Para pengantar meninggalkan tujuh langkah kaki
Para malaikat sudah menjemput akan bertanya itu ini
Berbuat apa kamu selama di dunia ini
Pernahkah kamu bersekutu dengan syitan, iblis, tuyul dan dewa dewi
Atau perbuatan musyrik meninggalkan Allah dan Ajaran
Nabi.






1994 Jakarta, 22 Juli


















I’TIKAF DI BULAN RAMADHAN YUK YUK YUK

Sungguh banyak ibadah yang dianjurkan/dikerjakanselama bulan Ramadhan ini. Salah satu ibadah sunnah yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah menjelang akhir Ramadhan yakni I’TIKAF.

Dalam firman Allah surat Al Baqarah surat 187 (QS;2:187)
•         •   •                         •                                 ••   
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

[115] I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.

Dari Aisyah, Istri Nabi Muhammad SAW ia berkata : “Adalah Nabi biasa I’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sampai beliau wafat kemudian istri-istri beliau melaksanakan I’tikaf sepeninggalannya.” (HR Bukhari, Ahmad dan Baihaqy).

MAKNA I’TIKAF

I’tikaf berasal dari kata , ‘AKAFA – YA’KIFU-WAYA’KUFU-UKUUFAN. Menurut Bahasa, I’Tikaf adalah menetapi dan menahan diri padanya, baik sesuatu berupa kebaikan atau kejahatan.
Sedangkan arti I’tikaf menurut istilah syara’ ialah menetapkan seorang muslim di dalam masjid untuk melaksanakana ketaatan dan ibadsah kepada Allah.

Pelaku ibadahnya disebut mu’takif atau ‘aakif.

HIKMAH DAN MANFAAT I’TIKAF

Hikmah begitu besar yakni menghidupka sunnah RASUL.
Sedang Manfaat I’tikaf
1. Untuk merenungi masa lalu dan memikirkan hal-hal yang akan dilakukan dihari esok.
2. Mendatangkan ketenangan, ketentraman dan cahaya yang menerangi hati yang penuh dosa.
3. Mendatangkan berbagai macam kebaikan dari Allah. Amalan-amalan kita akan diangkat dengan rahmat dan kasih sayang dari Allah.
4. Orang yang be I’tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan akan terbebas dari dosa-dosa karena pada hari itu salah satunya bertepatan dengan lailatul qadr.

HUKUM I’TIKAf

Hukum I’tikaf ada dua Wajib dan Sunnat

I’tikaf Sunnat ialah yang dilakukan oleh seseorang secara sukarela dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan pahala dari pada-Nya.

I’tikaf Wajib ialah itikaf yang diwajibkan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri, karena nadzar.

WAKTU

I’tikaf yang wajib, dilakukan sesuai dengan apa yang telah di nadzarkan dan diiqrarkan seseorang.

I’tikaf Sunnat tidaklah terbatas waktunya. Namun yang paling utama adalah I’tikaf di bulan Suci Ramadhan, khususnya sepuluh hari terakhir.

Syarat-syarat I’tikaf

1. Seorang muslim
2. Sudah baligh
3. Suci dari janabat, suci dari haidh dan suci dari nifas.

RUKUN-RUKUN I’TIKAF

1. Niat.
Tidak sah satu amalan melainkan dengan niat. Firman Allah :
            •     
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Rasulullah shalallahu’ Alaihi Wassalam bersabda, “Sessungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat, dan manusia akan mendapatkan balasan menurut niat, dan manusia akan mendapatkan balasan apa yang diniatkannya.” (HR. BUKHARI)

2. Tempatnya:
Hakikatnya I’tikaf ialah tinggal di Masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.

MASJID YANG SAH UNTUK I’TIKAF

1. Sebagian ulama berpendapat bahwa I’tikaf itu hanya dilakukan di tuga masjid, yaitu Masjid Haram, Masjid Nabawi, dan masjidil Aqsha.
2. Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, Ishaaq dan Abu Tsur berpendapat bahwa I’tikaf itu sah dilakukan di setiap Masjid, yang di mesjid itu dilaksanakan shalat lima waktu dan didirikan jama’ah.
3. Imam Malik, Imam Syafi’i dan Abu Dawud berpendapat bahwa I’tikaf itu sah dilaksanakan pada setiap masjid.
Ibnu Hazm, “I’tikaf itu shah dan boleh dilakukan di setiap masjid, baik disitu dilaksnakan shalat jum’at atau tidak.”

Menurut jumhur ulama, tidaklah akan sah bagi seseorang wanita beri’tikaf di masjid rumahnya sendiri, karena masjid di dalam rumah tidak bisa dikatakan masjid.

Tentang wanita I’tikaf di Masjid diharuskan membuat kemah sendiri terpisah dari laki-laki, dan untuk masa sekarang harus dipikirkan tentang fitnah yang akan terjadi bila para wanita hendak I’tikaf.

KAPAN MEMULAI DAN MENGAKHIRI I’TIKAF

Telah disebutkan bahwa waktu untuk I’tikaf sunnat adalah tidak terbatas. Maka bila seseorang telah masuk masjid ia berniat taqarrub kepada Allah dengan tinggal di dalam masajid beribadah bebrapa saat, maka ia beri’tikaf sampai ia keluar.
Pendapat yang menerangkan bahwa masuk I’tikaf sebelum matahari terbenam pada tanggal 20 Ramadhan malam ke 21

Kesimpulan empat Imam sepakat bahwa I’tikaf berakhir dengan terbenamnya matahari di akhir Ramadhan.

Kata Ibrahim, “Mereka menganggap sunnat bermalam di masjid pada malam ‘Idul Fitri bagi orang yang beri’tikaf pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan, kemudian pagi harinya langsung pergi ke lapangan (Untuk shalat ‘Idul fitri)

Orang yang bernadzar akan beri’tikaf satu hari atau beberapa hari tertentu, maka hendaknya ia memulai I’tikafnya itu sebelum terbit fajar, dan keluar dari masjid bila matahari sudah terbenam, baik I’tikaf itu di bulan Ramadhan maupun di bulan Lainnya.

SUNNAH-SUNNAH PADA I’TIKAF

Disunnahkan bagi orang yang beri’tikaf untuk memperbanyak ibadat sunnat, shalat berjamaah lima waktu, membaca Al Qur,an, tahmid, takbir istighfar dan berdoa, menuntut Ilmu, membaca mangkaji buku-buku dan hadist, memperbanyak Tafakur.

YANG DIMAKRUHKAN BAGI MU’TAKIF

Dimakruhkan bagi orang yang i’tikaf melakukan hal-hal yang tidak perlu dan tidak bermanfaat, baik berupa perkataan atau perbuatan, seperti banyak bercanda, mengobrol yang tidak berguna, sehingga menggangu konsentrasi I’tikafnya.

Ada sebagian orang yang beri’tikaf namaun dengan meninggalkan tugas dan kewajiban. Hal ini tidak dapat dibenarkan karena sungguh tidak proporsional seseorang meninggalkan kewajiban untuk sesuatu yang sunnah.

YANG DIBOLEHKAN DALAM I’TIKAF

1. Boleh keluar masjid karena keperluan mendesak, seperti buang hajat, mandi, makan dan minum jika tidak ada yang mengantarkan makanan, berobat jika sakit. Boleh juga mengeluarkan kepala keluar masji untuk dicuci atau disisiri.
2. Boleh Berwudhu di masjid
3. Boleh membuat kemah kecil atau bilik kecil dengan kain di belakang masjid sebagai tempat I’tikaf
4. Boleh meletakan kasur atau dipan untuk I’tikaf
5. Boleh mengantar istri yang mengunjungi di masjid sampai pintu masjid.

YANG MEMBATAlKAN I’TIKAF

1. Sengaja keluar dari masjid tanpa suatu keperluan walaupun hanya sebentar.
2. Murtad
3. Hilang Akal
4. Haidh
5. Nifas
6. Bersetubuh/bersenggama berdasarkan firman Allah (QS;2:187)
Dianjurkan bagi orang-orang yang I’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan , perbanyaklah dzikir yang diharapkan adanya Lailatul Qadar.

“Allahumma innaka ‘afuuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’annii.”
Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemaaf dan suka memaafkan, maka maafkanlah aku.”


Maraji :
1. Al Qur,an dan terjemahan Depag.
2. Hadist Shahih Bukhari Jilid 1 s/d IV – Penerbit Klang book Centre Klang, Selangor Malaysia.
3. Keutamaan dan Hukum I’tikaf oleh Syaikh Abdullah Bin Abdurrahman Al-Jibrin Buletin dakwah An Nur edisi Ramadhan 1416 H
4.Sifat Shaum Nabi, Syaikh Ali Hasan dan Syaikh Salim Al-Hilali.
5. I.tikaf oleh ustad Yazid bin Abdul Qadir Jawas, dari As-Sunnah
6.I’tikaf dari Ied, oleh Ustad Khalid Syamsuddin , Elfata 12/III/2003.
7.Catatan Ceramah dari Ustad Masduki Mustafa dan Ustad Achmad Kosasih.


Cakil : (Catatan kecil) ki Adul
E-mail :q_adul@yahoo.com
Http://d-humaniora.blogspot.com
Gogle d_yak











INTISARI (RINGKASAN) CERAMAH DALAM RANGKA NUZUL QUR’AN di MASJID AL KAUTSAR oleh USTADZ K.H. TUBAGUS AGUS ALI IMRON

Hari Kamis Malam Jum’at tgl 10 September 2009, setelah Sholat Teraweh malam ke 21 di bulan RAMADHAN dari jam 20.30 s/d jam 21.30.

Allah menurunkan Al Qur’an, lalu Al Qur,an diturunkan pada siapa?.
Menurut Sayidina Ali (Ali bin Abi Thalib) manusia mempunyai tingkatan tingkatan yakni :

1. Tingkatan Akal ada lagi tingkatan lebih tinggi yakni
2. Tingkatan Mabuk adalagi tingkatan yang lebih tinggi lagi
3. Tidur ada lagi tingkatan yang lebih tinggi
4. Stress.

Lalu Al Qur,an itu, hanya diturunkan pada orang yang mempunyai Badan bersih, hati suci dan otak jernih.

Untuk mendapatkan ini maka, manusia banyak membaca mengkaji dan mempelajari ilmu ilmu yang terkandung dalam Al Qur’an dan berserah diri pada Allah dengan segala sesuatunya.

Jangan memikirkan yang sesuatunya tidak perlu dipikirkan. Jangan terlalu mengada ngada yang sebenarnya tidak perlu di- ada-adakan.
ki-adul 10.9.09
Malam LAILATULKADAR.

Malam Kadar
Malam kemuliaan
Malam keagungan
Malam yang mulia
Malam itu di bulan Ramadhan
Sejahytera malam itu
                   •               
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593].
2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.

[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.

Lailat Mubarakat (Malam yang diberkahi)

Langit Tidak Gelap dan tidak terang
Cuaca tidak panas dan tidak dingin
Awan lembut
Rintik hukan begitu lembut hanya sedikit sedlkit jatuh ditangan
Bintik-bintik embun menjelang imsak.
Bintang-bintang bersembunyi
Bulan pun tidak tampak
aku benar benar menikmati malam itu malam

LAILATULKADAR.

DENGAN HATI JERNIH SUCI BADAN BERSIH kEPALA JERNIH
AKU BERZIKIR
“Allahumma innaka ‘afuuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’annii.”
Ya Allah sesungguhnya engkau Maha Pemaaf dan suka memaafkan, maka maafkanlah aku.”

Cakil (catatan kecil) ki-adul 03.10.9.09.

Tidak ada komentar: