Rabu, 25 Agustus 2010

IMAM GONDRONG BERUSIA 99 Thn

99 Thn.9 Hari. Jam 9.
Cerpen qi adul
ketika SMS aku terima.
Dan ketika aku jadi pemimpin acara dari memandikan, mengkafani dan ketika di pemakaman
Ia telah mewariskan proses semuanya kepada anaknya yang bungsu nomor sembilan. Buatkan penyelengaraan dengan sangat sederhana. Dan keluarga memesankan sesuai dengan amanat dari ayahnya.
Imam besar yang sekarang berusia 99 tahun itu kini terbaring di tempat tidur sudah hampir sembilan hari tidak mengimamkan sholat di Masjid dan tidak mau di rawat di rumah sakit, katanya ingin dirumah saja. Di rumahnya yang besar dan dia punya masjid juga lebih besar, sehingga jamaahnya banyak sekali, terutama disekitarnya, selain mempunyai rumah besar tempat tinggalnya, juga dia mempunyai rumah kontrakan yang banyak, toko-toko dan kios kios yang dikontrakan juga banyak. Setelah pensiunan dari suatu intansi ia berhenti dan megabdi pada Masjid untuk ke akheratan.
Dulu semasa mudanya juga banyak mengajar Agama terutama mengajar belajar membaca Al aqur’an yang benar cara membacanya.
Sampai setua itu selang beberapa tahun yang lalu mimpin sholat terawih karena kemauannya sendiri.
Pernah aku tidak teraweh di Masjidku di Komplek, karena aku ingin pergi ke tempat Imam besar. Sudah lama tidak silaturahmi ternyata ia telah terbaring di rumah di kamarnya yang besar.
Disitu aku cium tangannya yang hangat dan aku selalu mencium tangan dia setelah selesai sholat berjamaah atau setiap aku jumpa dia. Tangan itu masih hangat seperti tangan yang lalu ketika masih menjajar ngaji dengan tangkai lidi besar, terakhir aku dan anakku belajar mengaji di rumahnya.
Disana aku tidak membawa apa-apa aku hanya membawa kesukaan dia kalau aku main atau sengaja mampir dari tempat teman atau tetangganya, baru aku mampir kerumahnya. Kesukaan dia Imam Gondrong Pisang goreng,lupis tahu isi, risol, dan kolak. Senang sekali makan itu. Kalau aku kesana membawa oleh oleh aku pun diberi oleh-oleh darinya yaitu doa panjang yang sekarang baru tahu sedikit artinya :
“ Yaa Allah berikan dia rejeki yang Engkau Ridhoi, seandainya rejeki itu ada dilangit maka turunkanlah, seandainya rejeki itu ada di bumi maka naikanlah, seandainya rejeki itu jauh, maka dekat kanlah, seandainya rejeki itu sulit maka mudahkanlah, dan seandainya rekjeki itu tidak halal maka sucikanlah”. Begitulah oleh oleh yang aku terima darinya.
Imam besar itu Hafis/hafal al Qur’an 30 juz. Dari keunikan Imam besar itu. Orangnya tinggi besar badanya gempal dan rambutnya gondrong panjang lewat bahu.
Setelah habis sholat atau mengimami di Masjid ia membawa batu kecil dan diletakan di sebelah rumahnya tempatnya khusus. Keunikan yang kedua ia Berambut Gondrong rambutnya panjang meliwati bahunya. Rambutnya yang panjang itu dirawat dengan wewangian alami. Keunikan yang ke tiga ia punya rumah sembilan termasuk rumah yang di huni, keunikan yang empat ia punya anak sembilan, keunikan yang ke lima punya sekolah sembilan lokal, keunikan yang ke enam punya mobil angkot (angkutan kota) sembilan, keunikan yang ke tujuh, punya anak angkat sebilan, yang ke delapan punyak lemari buku-buku/kitab-kitab ada sembilan lemari, yang kesembilan punya koleksi Al Qur’an terjemahan sembilan Bahasa 1. Arab, 2.Indonesia, 3.Inggris,4. Sunda,5. Jawa, 6.Belanda, 7 Jerman, 8 Perncis,9 Mandarin.
Kata keluarganya ia terbaring dipangkuan alam sudah hampir sembilan hari sholat hanya di tempat tidur, tidak bergairah untuk makan badanya semakin lemas.
Ketika aku datang kesana sudah banyak yang mengelilingi terutama sanak saudaranya istri anak ponakan dan cucucunya.
Aku menatap trenyuh masa kanak-kanak yang mengambang di kampung terpencil pergi kekota belajar Agama dengannya, aku pernah mencoba mengikuti gaya darinya ketika remaja aku mencoba mengimamai sholat di Masjid dengan berambut gongrong tapi rambutku ku ikat dulu sebelum mengimami. Selang beberapa hari setelah itu, pengurus Masjid yang punnya wibawa melarang Imam Majid berambut gondrong. Aku masih ingat karena pada saat itu lagi trend dan Dikantorku dulu juga bebas berambut gondrong.
Kulihat ada kata dari keluarganya yang melalui SMS Tuan guru, tengku, imam besar, kiyai itu telah tiada persis pada usia 99 tahun bulan 9 dan dirawat sembilan hari di rumah dan telah tiada jam 9.oo wib.
Yang menjadi kesan bagi ku orang telah tiada itu dilihat dari ketika telah tiada.
Yang melayat banyak sekali karena dia orang yang sangat dikenal
Ketika menghantarkan ke Masjid untuk disholatkan sesudah Sholat Luhur. Juga banyak yang ikut menyolatkan.
Ketika jenazah diantarkan ke tempat pemakaman banyak sekali yang mengiringnya, mengantar ke tempat peristirahatan terakhir.
Persis aku mengngetahui karena aku sudah disana ketika SMS aku terima.
Dan ketika aku jadi pemimpin acara dari memandikan, mengkafani dan ketika di pemakaman
Ia telah mewariskan proses semuanya kepada anaknya yang bungsu nomor sembilan. Buatkan penyelengaraan dengan sangat sederhana. Dan keluarga memesankan sesuai dengan amanat dari ayahnya.
Memandikan tidak perlu dengan kembang tujuh rupa, cukup dengan daun bidara.
Mengkafani cukup dengan tiga lapis kain kafan yang sederhana tidak perlu yang mewah-mewah.
Ketika selesai disholatkan tidak banyak acara cukup penyelengaraan seperti biasa.
Ketika dimakamkan jenajah dipembaringan tanah belum ditimbun tanah jangan di azankan. Serelah ditimbun tanah jangan ditalkilkan dan ditaburi bunga-bunga. Malamnya jangan ada membaca Alqur,an 40 hari empat puluh malam di pemakamannya. Jangan ada takjiah berhari hari sampai 7 hari 40 hari seratus hari seribu hari mendak dan haul. Cukup 3 hari saja untuk hari takziyah.
Hari jam 14.00 wib aku pulang sangat penat dan lelah, aku istirahat nanti ashar aku harus bangun sholat ashar dan akan pergi kerumah nya lagi membantu mempersiapkan takziyah yang malam pertama. Hari itu udara sangat cerah panas terik tidak mendung sedikit menyejukan tidak sampai turun hujan. Hari itu kok bertepatan dengan tgl 9 Bulan sembilan tahun 2009.

http://d-humaniora.blogspot.com/
http://nayahumaniora.blogspot.com/
http://kasimakbar.blogspot.com/.
Facebook Adul Humaniora_blogspot
http://www.twitter.com/

Tidak ada komentar: