Sabtu, 12 Desember 2009

Pamrih

PAMRIH

Kita sering melakukan, atau apa yang kita lakukan itu ada pamrihnya. Kepada Allah juga kita pamrih, tapi tidak pamrih berlebihan, beda pamrihnya yang bisa sedikit penulis jelaskan.
Seperti kita minta doa diselematkan dari hidup di Dunia maupun jangan kena siksa di Akherat,minta diberi kesehatan, minta diberirejeki yang banyak kadang kita tanpa sadar minta diperpanjangkan umur agar kami/kita, agar kami/kita bisa nambah berbuat kebajikannya, seperti ibadah-ibadah dan amalan amalan yang lainnya.
Begitu doanya pasti ada pamrih kan?.

Dan yakin pamrih ke pada Allah akan pasti dikabulkan dan Allah melindungi, sayang pada umatnya, Allah maha Rachim, Rochman dan Allah mengampuni terkecuali doa sirik. (menduakan Tuhan).

Nah tidak mungkinkan atau memungkinkan lagi perbuatan manusia dengan manusia lepas dari pamrihnya. Mungkin lebih tinggi pamrihnya.

Jadi ada kata perbuatan Ikhlas itu di Dunia modern ini sudah punah dimakan jaman/pamrih.

Di Kampung-kampung dulu, entah sekarang ada beberapa orang desa berbuat benar-benar Ikhlas. Seperti pernah penulis ketemukan. Seperti mendorong mobil kita mogok di suatu pedesaan. Merka membantu kita tanpa pamrih.

Atau memberi minum pada gentong+gayungnya yang sudah disiapkan di pinggir jalan desa untuk siapa saja yang mau minum silahkan mampir dan silahkan minum kalau perlu sepuasnya. Tapi sekarang dunia semakin modern semua diukur dengan materi.
Lihat kemasan minuman sudah dimana-mana. Ditempat kenduri yang semula disajikan dengan gelas dan menyilahkan tamu untuk minum. Tidak seperti sekarang disajikan minuman kemasan dengan bahasa yang disodorkan. ‘ kalau mau minum ambil sendiri, atau kalau mau minum silahkan, atau kalau tidak mau minum masa bodoh. Bahasa santunnya sudah hilang. Pamrih-pamrih semua serba pamrih.

Masih ada orang memberi penginapan tanpa imbalan, jika kita kesasar di desa, lalu kita menginap disalah satu rumah keluarga dan di layani dengan ramah tamah tanpa pamrih. Dan jika kita akan memberi imbalanya dia akan menolaknya, kadang dia tanpa curiga pada tamu yang belum dikenal sebelumnya. Ada suatu ceritera anekdot seorang jejaka kesasar di suatu desa, lalu ia mampir di sutu rumah penduduk. Karena hari sudah mulai gelap ia pun menginap di rumah penduduk tersebut. Menginap tentu setelah ditawari oleh tuan rumah dengan ramah.
Sang tuan Rumah menawarkan “Silahakan tinggal pilih di kamar satu itu ada bayi dan yang kamar sebelah, adalah kamar merangkap gudang.
Karena sang jejaka tidak mau/tidak suka tidur dengan bayi yang kadang menangis malamnya dan ia memang tidak suka mendengar bayi menangis. Akhirnya ia pilih kamar yang merangkap gudang.
Ketika bangun pagi dan ada seorang gadis desa menyuguhkan kan Teh hangat dan beberapa potong kue. sang jejaka penasaran untuk menyapanya. Tentu saja sudah berbincang bincang sana kemari dan tujuan adik ke desa ada apa atau KKN seperti mahsiswa sekarang. Tak tahan jejaka itu bertanya pada Bapak Tuan rumah.

“Ma’af pa ini siapa putri bapak yang juga tinggal disini?”. Untuk bertanya takut karena siapa tahu istri bapak atau tetangga yang sengaja diundang untuk mengurus tamu.
“Iya putri bapak yang tidurnya semalam di kamar itu”.
Yang ditunjukannya kamar yang ditawarkan semalam, kamar itu kamar bayi.

Suatu upaya orang yang menginap tidak tidur di kamar yang cuma satu, untuk anak Gadisnya maka ia dengan ramah itu kamar bayi. Itulah penduduk desa tidak ada penolakan kasar, maka dengan penolakan halus. Karena dia juga melakukan penumpangan sementaramenginap semalam tanpa pamrih.





q-adul 9.12.09

Tidak ada komentar: