Kamis, 06 Mei 2010

MEMANDIKAN JENAZAH

Ceritera
Memandikan Jenazah

Ada seorang Istri (Perempuan ibu muda itu, adalah istri kedua teman ku di Adv.) membisikan pada saya ketika saya mau memandikan Zenajah suaminya, ia berpesan:
“Jangan lupa nanti seteleh selesai dimandikan , jangan lupa tolong madi kan Hadas besar.”
Ia berkata lagi dengan jujur. “Tadi setelah sholat subuh kami berhubungan badan, belum sempat mandi junub ia telah tiada.” Sambil matanya menatap saya dengan berlinang mata. Seperti ada sesal yang mendalam.

“Aku Cuma jawab. Semua jenazah dimandikan hadas besar dan kecil setelah bersih memandikan zenazahnya”. Sambil aku menggunting kain Kafan untuk persiapan membungkus jenazah dan mengkur panjang tubuh teman saya yang akan dikafani.
“Karena itu rukun memandikan jenazah”.
Kataku lagi sambil aku terus sibuk dengan persiapan persiapan yang biasa kami lakukan untuk menghadapi zenazah pria tapi kalau zenazah wanita ada yang mengurusnya yaitu wanita pula.
Nah disini di komplek kami untuk mengurus jenazah wanita belum begitu banyak yang berminat untuk mengurus ini, entah apa mereka punya alasan hanya ada satu yang sangat mengabdi sekali pada pekerjaan ini.

Teman sekantor dulu menjalani operasi jantung by pas yang memakan biaya 400 juta lebih, ia berceritera ketika menjalani operasi katanya dadanya dibelah dengan geregaji yang kecil tipis, lalu di tunjang dengan semacam dongkrak mobil tapi ini dongkrak kedokteran bedah jantung, lalu dibersihkan jantungnya dan disambung urat jantungnya dari ujung kakinya nih sambil dia menunjukan dadanya yang bekas operasi dibelah dan kakinya diambil urat nadinya dan istilah apa lagi saya juga tidak tahu, saya hanya diceriterakan begitu adanya. Sambil saya terbengong bengong melihat luka yang sudah sembuh di dadanya dan kakinya, aku jadi teringat ceritera Nabi Muhammad yang dibelah dadanya oleh Malaekat jibril untuk membersihkan hati yang kotor agar menjadi suci. Beda lagi aku ingat ceritera di daerah Jawa cara orang pengobatan terhadap orang yang sakit jiwa, dengan cara membela dada pasiennya dengan patel dan dibersihkan isi semua dalam dadanya dibersihkan dengan sapu lidi agar roh jahat hilang katanya dan kabur, ternyata roh jahatnya tidak kabur yang ada pasien sakit jiwa itu mati seketika.
Ia berceritera lagi “Setelah operasi jantung ini aku tidak boleh kerja berat, berpikir yang berat-berat, olah raga yang berat apalagi satu hal yang harus di patuhi juga makanan yang harus tidak boleh dimakan yakni makanan jeroan.” Sambil berkelakar juga mengatakan. “Terutama jeroan underwear.” Sambil ngakak dia tertawa begitu juga saya sambil tersenyum.
Saya cuma mengatakan.”Gombal kamu”.

Peristiwa kelakar itu lima atau enam tahun yang lalu, memang orangnya suka humor dan kalau bicara terlalu ceplas ceplos dan agak sedikit kalau kukatakan “pornoaktif” tapi itu setiap manusia atau setiap teman punya kharisma sendiri sendiri. Dan pernah ia mengatakan pada saya. “Jika semua yang dilarang itu dilanggar akibatnya umurnya tidak akan lama karena dipaksakan untuk memaksa keinginan yang satu tidak bisa ketahan”. Saya cuma manggut maggut mendengar ceriteranya. Cuma aku berpikir. “Bukankah Allah yang menentukan umur setiap manusia di dunia ini”. Tapi apakah benar penyakit jantung begitu. Yang belum Operasi saja, untuk orang yang mendapatkan penyakit jantung tidak sembarangan untuk beraktifitas yang macam-macam apalagi yang sudah mengalami operasi.
Tapi biarlah ia berceritera terus dan curhatnya saya dengarin.

Ia saya dengar ia menikah lagi dengan istri yang kebetulan juga dia teman sekantor saya dulu, lalu ia punya anak satu setelah itu lama tidak saya dengar beritanya yang terakhir adalah ia baru membeli rumah di daerah komplek saya. Kami memang dulu tinggal satu kota tapi tidak saling bertemu karena masing masing kesibukan dan waktu untuk bertemu dan ngobrol tidak sempat adanya.
Hanya berita yang terakhir inilah yang saya terima dan kebetulan ia mengakhir hidupnya yang mau menempati rumah di daerah komplek saya.
Sambil aku membenahi dan mempersiapkan perjalanan teman saya ini dengan pakain yang hanya membalut dirinya tiga lapis kain kafan dan liang lahat 1 x 2 meter aku masih terngiang dengan kata kata yang terakhir untuk pesan dirinya dan pesan saya juga “Kita sudah tua jangan terlalu dipaksakan untuk keinginan yang tidak tidak apalagi dengan alat bantu suplemen untuk kita tahan dan bertambah staminan stamina, cukup banyakin minum air putih tidak ada efek samping apa-apa paling hanya sering ke belakang buang air kecil. Apalagi seperti saya yang telah menjalani operasi jantung banyak pantangannya.” Tambahnya lagi “Ingat jaga stamina, jaga kesehatan, banyakin Ibadah. Untuk apa kita terlalu ngoyo mencari uang banyak, hanya untuk berobat seperti saya.”
“Ada lagi mitos yang saya dengar janganlah masa menjelang tua pindah rumah alias pindah tempat tinggal, nanti selama-lamanya pindah ke alam yang lain, di rumah yang baru hanya mampir beberapa saat saja setelah itu terus kealam yang lain.” Begitu kata-kata yang pernah diucapkan pada saya, tapi pindah juga. Ia tidak percaya dengan mitos itu, karena agamanya kuat, ibadahnya kuat dan keyakinan kuat segala sesuatunya Allah yang mengatur.

Tidak ada komentar: