Selasa, 17 November 2009

Dibawah Bendera Revolusi

CERPEN q-adul Abdulrachman Saleh S. fille.7.hr.
Judul
DIBAWAH BENDERA REVOLUSI

Membaca judul anda akan mengira pasti aku akan membicarakan tentang buku yang ditulis oleh Ir. Sukarno mantan presiden Republik Indonesia yang pertama dan dia lah tokoh pertama prokalamor bersama wakilnya bung Hatta yang telah memerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan yang salama ini Indonesia dijajah selam 350 tahun, sekarang bangsa indonesia telah Merdeka.
Namun banyak orang menanyakan merdekanya Indonesia itu dibidang apa?. Disini aku juga tidak embicarakan tentang heroiknya pahlawan pahlawan kita yang berjuang demi memerdekaan Indonesia, tapi juga ada yang menjadi pengkhianat bangsa kita indonesia sendiri. Dan sejarah sudah hampir dilupakan, sehingga ada kata jangan lupakan sejarah. Ada lagi yang lebih parah adalah pengkhianat sejarah.
Disini juga aku tidak menuliskan tentang resensi buku dengan judul “Dibawah bendera Revolusi” yang bukunya sangat bagus isinya dan misi tulisan itu mewakili dari ide penulisnya.
Ada banyak pengamat tulisan, hampir setiap tulisan akan mawakili, tapi sekarang sekarang ini buku ditulis mengikuti peminat pembaca alias mengikuti pangsa pasar pembukuan.
Semua itu aku menulis tidak sama sekali menulis ke istimewaan buku yang dengan judul “DIBAWAH BENDERA REVOLUSI” yang menurut aku juga ada sih tulisan Ir. Sukarno yang menarik misal Nasionalisme, Islamisme, Marxisme, Keadaan di Pedjara Suka Miskin, Tidak percaya bahwa Mirza Gulam Ahmad adalah Nabi, dan banyak tulisannya bukunya saja dua jilid tebalnya satu buku 626 halaman.
Nah disini para pembaca saya akan memceriterakan bukan masalah isi maupun keadaan penulisnya atau tentang bahasanya yang indonesia ditambah sedikit belanda. Memang president kita dulu mempunyai 8 bahasa.
Cariteranya begini, ude mau donenge saja, maaf saya tidak memakai bahasa tinggi-tinggi atau orang sekarang bilang sastra buta, sastra tinggi, sastra murahan.
Aku adalah pencinta buku dana koleksi juga banayk apalagi aku suka menyimpan buku-buku lama, menyimpan naskah naskah seminar. Tapi semua itu musnah, kena banjir nasional, ada bberapa buku yang penting yang bagus bagus terselematkan. Masih beruntung temanku yang kantornya kena jarah dan mall nya dibakar, habis seluruh arsip yang menyimpan selama puluhan tahun habis musnah dimakan api.
Sekarang tinggal aku masih menyimpan buku-buku klasik, lalu aku memburu lagi di pasar pasar loak buku yang ada mana saja menjual buku buku bekas aku mulai mengoleksi lagi, demgan uang saku hasil ngajar dan hasil tulisan aku kumpulkan buku-buku loah dari Agama, Filsafat, ekonomi, sejarah, sastra, buku beberapa bahasa juga kamus bebrapa bahasa.
Ketika itu aku melihat di rumah seseorang yang kelihatannya orang ternama dan dari perpustakaanya saja sudah banyak sekali koleknya. Lalu aku iseng bertanya:
“Buku nya banyak tapi ibu tidak punya koleksi satu lagi”tanyaku.
“Buku apa?, saya tidak mengerti ini tinggalan bapak yang suka membaca, ini saja buku-bukunya akan saya serahkan ke perpustkaan Nasional.” tanyanya dan mengomentari bukunya.
“Dibawah bendera Revolusi” jawabku.
“Itu barang langka dan jarang orang mengoleknya bu”kataku.
Lalu dia bertanya padaku. “Memang bapak punya?.” tanyanya lagi kepadaku.
Aku jawab punya malah dua jilid satu dan jilid dua.
begitulah ceriteranya.
Sambil ceritera ceritera tentang buku yang sebitu banyak kok tidak diurus. Dan sambil melihat buku bukunya aku mulai minat beberapa buku yang ada disitu.
“Tunggu dulu aku pilih barang kali saya ada minat dan ada rejeki
saya beli buku yang belum ada di koleksian ku”. Kataku sambil menata buku yang akan aku bayar. Aku pun pamit pulang entah beberapa hari aku lupa mampir ke tempat itu, niat aku mau membeli buku-buku itu.
Ketika aku datang lagi aku tanya.
“Mana bukunya?”
“Bukunya sudah diangkat oleh Ayah” kata cucunya.
Selang beberapa hari entah hari itu aku kedapatan telpon dari ayahnya. yang sangat tidak jelas maksudnya dari kata kata melalui telpon genggam dan dua kali pula ia telpon karena pertama kali aku kedatangan tamu sehingga tertunda pembicaraan telpon, selang beberapa jam ia menelpon kembali.Selanjutnya semakin tidak jelas arah pembicaraan yang kutangkap ada sedikit sedikit ku mengerti dalam kata-katanya.”Bapak kan sorang muslim sejati dan pasti seorang yang jujur, dan bicara di telpon ini bicara yang sebenarnya, saya tidak memasalahkan itu buku yang saya ingin kejujuran dari bapak.” begitu kata yang terakhir diucapkannya.
Semakin aku tidak mengerti arah pembicaraan, maksud dan tujuan tidak nyambung samasekali.
Lalu katanya yang aku tangkap; “Dulu aku pernah punya itu tapi adik adik saya entah dikemanakan barang itu, jadi secara jujur saja, barang itu hanya keluargaku yang punya”.

Pembaca sudah jelas kan duduk perkaranya bahwa buku yang aku punya koleksi spertinya hanya dia yang punya. dan sepertinya akan menanyakan kepada saya dengan kalimat bagaiamana dimulainya dan diakhirinya.

Lalu akupun berceritera pada keluargaku bahwa apa yang aku miliki itu ada awalnya dan didapat dari mana.
Tidak kuceriterakan pun pada anak-dan istriku mereka sudah tahu sejarah kepemilikan koleksi koleksi bapakmu ini didapat dari mana dan beli dimana?.

Secara jujur sebenarnya arah pembicaraan ingin menunjuk yang pasti tidak berani, lalu dibawa alur aku yang memiliki kok bisa punya sedang dia mengetahui status sosial aku tidak mungkin orang yang dibawah garis menengah mempunyai banyak kolekasi buku dan buku-buku yang langka ada di aku.

Para pembaca sebenarnya dia minat dan ingin membeli buku yang judulnya “DIBAWAH BENDERA REVOLUSI” ingin membelinya tapi aku pernah menjawab “Semua koleksi bukuku termasuk dua buku(Dibawah Bendera Revolusi), biar di tukar dengan kijang Inova AKU TIDAK BERIKAN”.

Pernah aku menawarkan untuk membaca buku itu boleh saja nanti setelah selesai dikembalikan.

Pernah ku utarakan pada keluargaku “Berikan saja buku itu kalau memang dia minat dan merasa dia saja yang memiliki koleksi itu”.

Jawab keluargaku (terutama anak-anak ku dan mantu). “Jangan nanti dia lebih curiga bahwa buku itu sebenarnya milik dia papa sebagai penadah buku yang dibeli dari salah satu keluarganya”. sewotnya.
Aku cuma menjawab. “Allah lebih tahu awal siapa yang memiliki buku tersebut dan apa sih arti buku lama.” yang sudah kubaca dan paham isinya.
Jawab semua keluarga. “Tidak tidak tidak kita tunggu saja di rumah orang yang mengakui buku itu.”

Saudara pembaca sampai sekarang kutulis ini sebagai pledoi atau kronologisnya apa saja lah dan kutunggu orang tersebut tidak pernah datang atau telpon lagi.

PGP 3 Nop.209
qi-adul

Tidak ada komentar: