Senin, 27 Juli 2009

LADUNI

LADUNI


Ilmu gaib yang sekarang sekarang ini disebut laduni. Yang menjadi standar atau acuan atau ukuran kurikulum pelajaran serba cepat yakni cara belajar berbahasa apapun dengan cepat langsung menguasai bahasa asing dengan keselruhan tanpa proses pembelajaran yang selama ini dilakukan di beberapa kursus atau lembaga-lembaga bimbingan berbahasa asing yang lain.
Dalam tayangan TV Tran tanggal 5 Pebruari 2005 jam 23.30 presenter menjelaskan bahwa belajar berbagai bahasa dengan sistem Laduni sangat mudah dan cepat, dengan nara sumber dari Gus Saleh dari Jawa Timur.
Ajaran ini sudah di masukkan dalam internet dengan catatan untuk belajar ini cukup orang muslim, orang non muslim tidak boleh terkeculai dia agama Islam. Untuk selanjutnya orang itu masuk di baiat dahulu sebelum belajar dengan cara Laduni. Ilmu atau metode cara menuntut ilmu ini sebenarnya tidak masuk lgika dimana seseorang hanya berjikir dan berjikir lalu mengeluarkan semua perkataan untuk semua dikeluarkan isi benak dan isi hawa dari dalam raganua yang katanya setelah kosong nanti akan dimasukkan ilmu-ilmu yang diinginkan untuk menuntut ilmu bahasa. Program dengan cara ini sangat bertentangan dengan ahli pakar para tata bahasa maupun program kurikulum bahasa. Sebab menuntut bahasa asing ada tingkat demi tingkat seperti kurikulum tingkat SD, SMP, SMA, Universitas atau jika kursus di lembaga ada Kindergarden, Elementary, Basic I, II dan III setelah ada Advance terus Conversation dan TOEFL. Ditambah harus banyak perbendaharaan bahasa atau kosakata atau Vocabulary yang banyak untuk mendapatkan bahasa yang bagus. Tidak semudah membalikan telapak tangan.
Mungkin saja bisa belajar dengan cara Laduni itu dengan setiap dengan keseungguhan yang benar-benar tapi penerimaan setiap manusia itu beda-beda inteligennya ada yang cepat menangkap ada yang lamban menangkap pelajaran secara cepat itu atau juga disebut cara lain daripada yang lain dalam atrian beda dengan kurikulum yang sebenarnya.
Dibalik itu secara kasat mata dan secara logika untuk mendapatkan pelajaran itu ada juga salah satu warga asing yaitu German yang mempelajari bahasa Indonesia secara laduni itu menerimanya tanpa ada keraguan dan keinginan tahunya dari Ilmu Laduni itu. Yang penting bagi saya Istoqomah dan lancar bahasa Indonesia dengan cara jalan menuntut ilmu dengan ilmu laduni.
Ilmu Laduni ilmu makrifat yakni pengetahuan yang diperoleh seseorang yang saleh dari Allah SWT melalui ilham dan tanpa dipelajari lebih dahulu melalui suatu jenjang pendidikan tertentu. Oleh sebab itu ilmu tersebut bukan hasil dari proses pemikiran, melainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak dari kurnia Allah SWT.
Didalam ilmu tasawuf dibedakan tiga jenis alat untuk komunikasi rohaniah yaitu 1. Kalbu, 2. Roh untuk mencari-Nya dan bagian yang paling dalam yakni sirr, 3. (Rahasia) untuk mushahadah (menyaksikan keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Allah SWT secara yakin sehingga tidak tergoyah lagi oleh nafsu amarah) kepada-Nya. Apabila ketiga organ tersebut telah disucikan sesuci-sucinya dan telah dikosongkan dari segala hal yang buruk lalu di isi dengan zikir yang mendalam.
Rujukan ilmu laduni adalah surat Al-Kahfi (18: 60-82), Memandang Khidir As sebagai orang yang mempunyai ilmu Laduni dan Musa As. Sebagai orang yang mempunyai pengetahuan biasa dan ilmu lahir.
Ilmu laduni dengan cara dibersihkan hatinya dengan riadat dan mujahadat (kesungguhan). Riadat dan Mujahadat tersebut menghasilkan mujahadat (kesungguhan). Riadat dan Mujahadat tersebut menghasilkan musyahadah (tembus pandang) dan pada keilahian. Menembus Hijab (dinding pembatas) antara hamba dan Tuhannya. Ketika itu orang menerima limpahan ilmu Laduni.
Untuk rujukan penulis kutip dari Al-Qur’an tidak dilebihkan tidak dikurangkan kata-katanya.

KISAH MUSA DENGAN KHIDIR 1)

1) Seorang nabi namanya Balya bin Mulkan. Diceritakan oleh Bukhari, bahwa suatu ketika nabi Musa as berpidato di hadapan kaum Bani Israil. Tidak diterangkan apa tema dari pidato itu dan dimana lokasinya sebab yang terpenting dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir ini bukan isi pidato dan lokasinya, tapi yang lebih penting hikmat dan pelajaran yang dapat diambil daripadanya; katanya “Siapakah diantar manusia yang berilmu?” Jawab Musa ‘Aku’. Jawaban Musa ini sebenarnya sudah diwarnai oleh sifat takabur. Lalu beliau ditegur oleh Allah karena tidak memulangkan jawaban kepada Allah, sebab hanya Allah yang Maha berilmu. Kemudian Tuhan mewahyukan kepada Musa: “Aku mempunyai seorang hamba yang ilmunya lebih tinggi dari kamu. Tempat kediamannya pada pertemuan dua laut”. Maka diperintahkan kepada Musa mencari Khidir dan menyiapkan perbekalan berupa ikan asin. Bila ikan asin telah lenyap, disanalah tempat dimana khidir dapat ditemukan. Musa berbuat sebagaimana yang diperintahkan dan langsung berangkat ditemani oleh seorang pemuda. Tatkala keduanya sampai pada sebuah batu karang yang terletak pada “pertemuan dua laut” mereka tertidur kelelahan. Sementara mereka tertidur, ikan asin yang ada pada kantong perbekalan tiba-tiba menggelepar dan keluar, langsung meluncur ke dasar laut. Setelah keduanya bangun, merekapun meneruskan perjalanan, dan sama sekali tidak tahu bahwa ikan asin yang ada dalam kadut sudah tiada. Dan tidak diketahui pula bahwa tempat yang dituju sebenarnya sudah dilampaui. Lanjutan kisah ini dapat diketahui dalam urutan ayat-ayat berikut. Sebagai kesimpulan, diperintahkannya Nabi Musa untuk mensikap RENDAH HATI lebih baik dari pada TAKABUR. Sikap yang ditujukan Nabi Musa ini patut dijadikan suri tauladan. Beliau tidak malu-malu dan sungkan untuk belajar dan mencari ilmu, mentang-mentang sudah menyandang predikat Nabi – Besar.













18:69 Dan ingatlah Musa berkata kepada bujang 1) nya “Aku senantiasa akan berjalan terus sebelum aku sampai ke tempat pertemuan dua laut 2) atau aku berkelana sepanjang masa”.
1) Seorang anak muda bernama Yuasya Bin Nuh cucu Nabi Yusuf a.s
2) Mengetahui tempat pertemuan dua laut ini ada tiga pendapat sebagai berikut
a. pertemuan samudra hindia dengan laut Merah, dekat Babul Mandeb
b. Pertemuan laut tengah dengan samudera Atlantic, dekat Jabal Thariq
c. Tempat yang ramai dengan lalu lintas antar teluk Abadah dengan terusan Suez, kemungkinan yang dimaksud ialah Sinai Peninsula.













18:61 Setelah keduanya sampai ke tempat pertemuan antar kedua laut itu, keduanya melupakan ikan asinnya 1) ternyata ikan asin itu telah meluncur kedalam laut.
1) Diriwiyatkan : bahwa Musa mendapat perintah bersyarat membawa ikan asin, dimana ikan itu menghilang disitulah akan bertemu dengan Khidir.








18: 62 Setelah keduanya berlalu dari tempat itu, berkatalah Musa kepada bujangnya : “Bawalah kemari makanan itu, kita sudah letih karena perjalanan kita ini”.

18 : 63 Pemuda itu berkata : “Tahukan kamu apa yang terjadi waktu kita beristirahat di batu tadi ? Aku lupa memberitahukannya kepadamu tentang ikan itu. Setan jugalah yang membuat aku lupa tidak memberitahukannya kepadamu. Keterlaluan! Sungguh aneh, ikan itu telah meluncur ke dalam laut kembali 1)
1) Ikan Asin yang sudah mati dapat hidup kembali termasuk salah satu dari sekian banyaknya mukzizat Musa.








18 : 64 Kata Musa : “Ikutlah tempat yang cari!”. Lalu keduanya kembali menapaki bekas telapak kaki mereka yang semula.










18 : 65 Akhirnya merekapun bertemulah dengan salah seorang hamba Kami 1) yang telah Kami beri rachmat dari Kami, begitu juga telah Kami ajarkan kepadanya beberapa cabang ilmu pengetahuan.
1) Itulah Khidir yang dicari Musa










18 : 67 Musa berkata pada Khidir : “Bolehkah aku ikut padamu, supaya kamu dapat mengajarkan kepadaku ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu itu?”










18 : 67 Khidir menjawab : “ Sesungguhnya engkau tidak akan sabar bersamaku!









18 : 68 Bagaimana engkau akan dapat menahan hati terhadap persoalan yang sama sekali belum sampai pengetahuanmu menguasainya?”1)

1) Khidir mempunyai ilmu kebijaksanaan yang berdasarkan estimologi, ialah suatu kaidah berpikir untuk mengungkapkan hakikat kebenaran sesuatu peristiwa, dengan diuji oleh pengalaman.










18 : 69 Musa menjawab : “Insya Allah, kamu akan melihat bahwa akusanggup sabar dan tidak akan membantumu dalam sesuatu hal pun”.












18 : 70 Khidir menandaskan : “Bila engkau jadi mengikutiku, engkau jangan menanyakan sesuatu kepadaku, sampai aku sendiri yang menerangkan kunci persoalannya kepadamu”.


KHIDIR MEMBOCORKAN PERAHU








18 : 71 Keduanya terus berjalan terus menyusuri pantai, untuk mencari perahu. Shahdan, ketika keduanya telah menaiki perahu itu, lalu Khidir memecahkan sehelai papannya. Musa bertanya : “Mengapa engkau pecahkan papan itu, maksudmu hendak menenggelamkan penumpangnya1) Sungguh-sungguh engkau telah membuat kesalahan yang besar”.
1) Di antara penumpang-penumpang perahu yang ditemukan Khidir itu, ada yang mengenal Khidir lalu mereka membawa Khidir serta menumpang tanpa bayar.











18 : 72 Khidir menjawab : “Bukan sudah kukatakan, bahwa kamu tak sanggup menahan hati ikut bersama dengan aku?”.









18 : 73 Musa memelas : “Janganlah engkau cepat-cepat menghukumku karena aku lupa dan dalam mengikutimu ini, janganlah kamu terlalu mempersulit keadaanku”.

KHIDIR MEMBUNUH SEORANG ANAK









18 : 74 Setelah turun dari perahu, keduanya berjalan terus sampai keduanya menemukan seorang anak ; anak itu langsung dibunuh oleh Khidir. Musa bertanya : Mengapa engkau membunuh satu jiwa yang masih suci dari dosa, yang menyebabkan ia patut dibunuh 1) Sungguh-sungguh engkau telah melaksanakan perbuatan yang keji2)

1) Maksudnya melakukan perbuatan dosa yang berakibat pelakunya harus dibunuh. Misalnya murtad (berbalik jadi kafir setelah iman) si anak yang dibunuh Khidir sudahkah berbuat dosa demikian? Demikian kira yang tersirat dalam pertanyaan Nabi Musa.
2) Jika pada ayat 71 di atas, Musa mempergunakan istilah KESALAHAN BESAR terhadap perahu atasu Khidir yang memecahkan sehelai papan perahu maka pada ayat 74 ini Musa mempergunakan istilah PERBUATAN YANG KEJI terhadap perbuatan Khidir yang membunuh seorang anak, ini menunjukkan bahwa perbuatan membunuh seorang anak lebih buruk dari memecahkan sehelai papan.













18 : 75 Khidir menjawab : “Bukankah telah kukatakan kepadamu bahwa kau tidak akan sanggup sabar menyertai aku?”.











18 : 76 Musa menjawab : “Jika aku masih juga kepadamu sesudah ini tentang perbuatanmu yang aneh, janganlah aku dibiarkan menemani lagi. Sebab engkau telah menemukan alasan cukup dari pihakku untuk berpisah.”


KHIDIR MENEGAKAN TEMBOK KOTA YANG HAMPIR RUBUH










18 : 77 Merekapun terus meneruskan perjalanan. Setelah keduanya sampai pada suatu negeri, mereka meminta makan kepada penduduknya. Tapi mereka tidak mau menerimanya sebagai tamu 1) Lalu mereka menemukan di sana dinding tembok yang hampir rubuh, lalu Khidir menegakkannya kembali.
Musa pun berkata :” Kalau kau mau, kau dapat memungut upah 2) atas jerih payahmu itu”.
1) Maksudnya, untuk menerima sebagai tamu saja mereka tidak mau, konon pula untuk memberi makan. Ini menunjukkan bagaimana kikir dan jeleknya adat mereka.
2) Maksudnya menuntut upah pembeli makanan.












18 : 78 Khidir memberikan kata putus :”Inilah saat perpisahan antara aku dan kamu. Kini akan kuterangkan kepadamu apa-apa perbuatanku yang tiada sabar kau melihatnya.











18 : 79 Adapun perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut sebagai nelayan. Aku sengaja merusakanya, sebab dibelakang mereka ada seorang raja yang mengambil setiap perahu yang baik sebagai rampasan.













18 : 80 Adapun anak muda itu sebenarnya kafir. Sedangkan kedua orang tuanya mukmin. Demi sayang anak, kami khawatir dia akan menyeret kedua orang tuanya kepada kedurhakaan dan kekafiran.
18 : 81
Keinginan kami semoga Tuhan berkenan menganugerahkannya lagi seorang anak yang lebih baik daripadanya: baik tentang patuhnya kepada agama, maupun kasih sayangnya kepada orang tua.













18 : 82 Adapun dinding tembok yang hampir rubuh itu, kepunyaan dua orang anak yatim dalam kota itu. Di dalamnya terpendam harta untuk keduanya. Ayahnya seorang pemimpin yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki supaya harta itu tetap terpendam di sana samapi mereka mencapai usia dewasa, baru mereka mengeluarkannya sebagai karunia dari Tuhanmu. Aku melakukannya bukan atas kemauanku sendiri, tapi atas perintah dari Tuhanku. Yang kututurkan kepadamu ini adalah sebab-sebab yang oleh karenanya aku telah berbuat hal-hal yang belum dapat kamu pecahkan dan tidak sanggup menahan hati sampai aku memberitahukannya kepadamu”.
Ilmu Laduni yang penulis kutip dari beberapa sumber yang akan menjadi catatan kecil bagi penulis atau bagi kita semua sebagai tambahan kasanah perbendaharaan pustaka kita atau lain sebagainya. (Cakil = Catatan kecil) Ki Adul.

Sumber Bacaan :
Ensiklopedi Islam jilid III 1994, INTIAR BARU VAN MOEVE – JAKARTA.
Bachtiar Surin, 1987, Adz – Dzkraa, Angkasa Bandung.

Tidak ada komentar: