Sabtu, 17 Oktober 2009

Artikel "Pertanyaan-pertanyaan?"

“PERTANYAAN-PERTANYAAN?”
Qi-Adul - fille – kum.artikel.

Sekarang-sekarang ini banyak pertanyaan oleh atas nama masyarakat, ketua dari suatu organisasi, ketua dari comunitas anu dan dari para mahasiswa, tokoh politik, Para pemuka agama agama, budayawan, olah ragawan, pakar ekonomi, aliansi kebangsaan dan lain-lain. Bertanya pada apa yang disebut debat calon president yang akan datang, dalam ajang mereka berkampanye di layar kaca untuk merencanakan masa depan untuk Indonesia di masa selanjutnya. Ketika setiap calon president dan calon wakil president berbicara masalah kemakmuran di masa akan datang. Timbul pertanyaan-pertanyaan yang kadang sifatnya nyeleneh, seperti uji coba kemampuan calon presiden, atau tidak tahu sama sekali, apa yang baru saja disampaikan?, atau pertanyaan-pertanyaan yang sudah direkayasa, dari belakang panggung kampanye, pertanyan-pertanyaan yang sifat tidak membangun.
Pertanyaan – pertanyaan banyak seperti mencoba kemampuan yang ditanya. atau sebenarnya memang dia tidak tahu sama sekali maka ia bertanya. Maksud dan tujuan atau misi dan visinya mau kemana nanti pemerintahan yang baru. Ada yang sudah tahu, pemerintahan baru ini akan dibawa kemana cuma pura-pura tanya, sebagai menambah suasana agar komunikasi dua arah menjadi hidup saja. Pertanyaan kanak-kanak sampai pertanyaan dewasa, pertanyaan tak ada bobot sama sekali. Sampai pertanyaan yang punya bobot. Ada pertanyaan yang memerlukan jawaban pilihan ganda, ada pertanyaan yang memerlukan jawaban cukup dijawab satu saja. Ada pertanyaan yang bisa dijawab langsung seketika, ada pertanyaan besok atau lusa jawabanya, karena yang ditanya belum bisa menjawab seketika. Masih ada yang bertanya apakah negara kita sudah termasuk penganut Demokrasi, pertanyaan yang masih menanyakan tentang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Juga masih ada yang bertanya sekitar apa sih kemakmuran Indoinesia itu sampai dimana?, dan yang bertanya untuk siapa-siapa saja?. Semua bertanya pada sang calon pemimpin Negara. Ada pertanyaan yang sangat sulit menurut yang ditanya. Apa pertanyan yang mudah langsung dijawab seketika.
Ada lagi yang bertanya seperti kata bijak yang ditulis President AS. J. Kenedy.
“My Fellow American’s ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country”
“Saudara-saudara setanah air Amerika, jangan tanyakan apa yang dapat dilakukan negerimu untukmu, tetapi tanyakan apa yang dapat kau lakukan untuk negerimu.”

Bukan saja orang-orang Amerika yang menanyakan apa yang didapat dari Negara dari sumbangsihnya sebagai abdi negera.?
Di Negara kita juga tidak luput dari pertanyaan seperti itu, mungkinkah itu?.
Bukan di tingkat Negara ada yang lebih tingkat dan lebih maha luas orang masih bertanya?.

“Apakah saya nanti Masuk sorga ketika saya sudah tidak ada?.”
“Ada yang bertanya pada diri sendiri masuk sorga atau Neraka urusan yang Disana.”
Bukan bertanya pada diri sudahkah saya melakukan tuntunan-Nya atas peritah-Nya, mana yang dilarang dan mana yang boleh dilaksanakan.?
Kesimpulan :

Kita masih dibayangi dengan pertanyaan-pertanyaan yang kadang kita tidak langsung menerima suatu ajaran atau tuntunan yang sudah layak harus di ikuti dan dilaksankan. Kalimat tanya seperti tidak menyakini suatu tuntunan itu yang mestinya sudah tinggal mengikuti.
Hidup dalam lingkaran ke duniawian tidak semua harus ditanyakan kalau sudah ada aturan dan undang-undang, yang patut dipertanyakan adalah yang semestyinya perlu dipertanyakan?.

Hidup dalam kultur Agama tidak harus dipertanyakan apa yang diperintah dan apa yang diajarkan oleh Yang Maha Kuasa itu harus di ikuti tidak perlu diperdebatkan, masalahnya adalah keyakinan. (bukan doktrin loh)

Keyakinan di dalam peraturan hidup di dunia dengan
rambu rambu dan undang-undang yang berlaku pada Negara masing-masing berbeda-beda secara lokal.

Keyakinan dalam kultur Agama, keyakinannya dalam beragama masing-masing beda secara global.
Kalau Secara lokal karena banyak dipengaruhi kebudayaan dan tradisi yang sudah terbentuk dari sejak dahulu secara lokal.
Berlaku di tempat ini belum tentu berlaku ditempat sana.
(Tidak perlu dipertanyakan, diperdebatkan, yang perlu mari kita bersama-sama menyadarkan bahwa itu tidak ada dalam ajaran Al Qur’an maupun Hadits).

“Mari kita masing-masing bertanya pada diri kita sendiri, sudah berbuat apa kita pada Agama? sudah berbuat apa kita untuk keluarga kita?, sudah berbuat apa kita pada lingkungan/masyrakat kita?, dan sudah berbuat apa kita pada Negara kita?.”

Dan apakah kita?, cuma hanya bisa bertanya pada manusia, alam, atau isi Dunia tidak terpikir bahwa kita masih bisa bertanya pada yang Menciptakan kita, yang menghidupkan kita, yang mematikan kita?.
(QS; 2:284).


P.G.P 3.7.09
Cakil( catatan kecil) q-adul
E-mail q_adul@yahoo.com
http://d-humaniora.blogspot.com
Google d_yak

Tidak ada komentar: