Jumat, 16 Oktober 2009

Cerpen Jum'at`

CERPEN {Kumpulan Cerpen KI Adul}

Jum’at
Abdulracman Saleh S.

Malam Jum’at kami berangkat dari bumi indah ke pasar sayur mayur untuk acara besok pagi. Karena keluarga kami akan mengadakan kenduri. Kami berangkat ber sepuluh orang,wanita lima, dan pria lima, kami membawa dua mobil satu mobil Suzuki Carry, yang satu lagi mobil toyota kijang bak, yang untuk membawa sayur sayuran dan buah buahan. Sampai di pasar kurang lebih jam 23.00. Di mobil bak kami bertiga sedang di mobil Carry ada tujuh orang termasuk sopir. Di pasar kami mencar, yang tujuh orang langsung pergi kepasar langsung belanja. Sedang saya ditemani dua orang yang semobil denganku, saya turun cuma hanya mencari sesuatu yang selalu saya nikmati kurang lebih lima tahun yang lalu. Makanan itu adalah kesukaan saya waktru saya lagi bekerja di daerah tersebut.
Lima tahun yang yang lalu saya bekerja di daerah tersebut dan hampir setiap malam jam sepuluh atau jam sebelas malam, kadang mereka berdagang sampai pagi, saya makan disitu tidak saya bungkus atau bawa pulang, karena kalau di bawa pulang tidak enak. Kesukaan saya memang makan ditempat apalagi bersama tukan g sayur tukang ojek dan tukang becak sayur
Saya bekerja di suatu perusahan bus angkutan ke luar kota, ketika waktu waktu segang saya menulis puisi atau menulis cerpen dan waktu pagi saya berjualan dengan istri saya. Saya berjualan teh manis,kopi, gorengan di pinggiran jalan tersebut. Namanya pasar kaget yaitu yang yang di buka malam hari sekitar jam 12 atau jam 24.00, sampai jam 5.30 pasar harus bubar dan pelataran pasar yang terletak di pinggir jalan raya itu harus dibersihkan, karena sebentar lalu lintas akan rame. Nah kami berdua berjualan sama di saat waktu pasar sayur mayur dibuka dan di tutup alias sepi pasar.
Suka duka berjualan di pasar kagetan cukup laris dan banyak pembelinya apalagi kopi dan teh manis, ditambah lagi kalau saya mau berkelilimg atau berjalan sepanjang pinggir jalan yang orang orang sedang menjajakan sayur mayur, mengantar miunuman dan makanan istilahnya jemput bola.
Dukanya ketika pasar sudah tutup, dipinggir jalan itu pemesan sudah pada pulang tinggal gelas dan piring. Seandainya aku menanyakan apa yang ingin saya tanyakan mengenai yang minum ini dimana. Atau orang itu kemana?, atau sudah pulang yang pasti yang berjualan disebelanya akan menjawab tidak tahu, dan memang ini sering terjadi untuk menanyakan yang sebelahnya selalu jawab tidak tahu. “Pikiran saya pasti pindah tempat berjualan di tempat lain lagi”. Ternyata esok dan esoknya tidak berjualan karena berganti lapak alias tempat berjualan pindah atau tidak jualan lagi. Sehingga besok besokanya tidak mendapat uang. Ikhlas resiko penjual pinggir jalan di tempat lapak liar. Belum kalou lagi hujan tiba tau musim hujan malam.
Sekarang pasarnya bagus los tempat buah buahan dan pasar sayur mayur sudah dibuat lokasi yang baik bagus dan sehat. Kami bertiga terus mencari makan yang saya suka juga tidak didapat. Akhirnya aku hilang kesabaran dan cape mencarinya. Sebenarnya aku sudah bercita cita dari rumah ingin makan makanan yang saya suka itu. Dan teman teman rom bongan juga saya bercita cita ingin saya traktir makanan itu. Tak sabar hati saya bertanya juga pada penjual kopi dan teh manis serta gorenngan, mengingatkan saya kala itu saya dengan istri saya berdagang semacam itu. “Aku ikut belanja ingin makan makanan yang saya suka.” Sebelum aku bertanya ke tukang kopi.
“Makanan apa sih yang disuka?” tanyanya.
“Makanan yang mengingat saya lima tahun yang lalu ketika saya jadi orang susah.”, ko mentarku lagi.
“Setiap pagi ketika kami akan berjualan saya harus mengangkat meja dan bangku sendiri ke tempat lapak atau pingggir jalan tempat orang yang berjulan sayur mayur itu, terus berjualan kurang lebih lima jam.”
“Coba tanya tukang kopi tuh, cuma yang ada jualan tukang mie dan mie pangsit” sambil temanku menunjukan tangannya ke tukang kopi dan tukang mie.
“Boleh juga lah”, kataku.
Sambil kami bertiga menuju ke tukang kopi yang kala itu banyak yang duduk duduk di bangkunya, yang ternyata hanya numpang duduk tidak minum kopi, ketika saya pesan teh manis, mereka bubar meninggalkan kami yang rupanya memberikan kesempatan untuk kami duduk.
Setelah saya atau dengan teman saya duduk manis dan sebentar lagi disediakan teh manis. Biasa untuk mendapatkan sedikit informasi yang saya akan tanyakan kami bicara yang lain lain dahulu seperti masalah pasar yang kebetulan pasarnya baru.
“Bang pasar yang disana kok dipagar bikin apaan, rencana buat apa?” tanyaku mulai pem bicaraan .
“Rencananya bikin mall yang lebih besar dari yang sudah sudah.” Jawabnya.
“Sudah lama pindah disini bang, pasarnya sih lebih bagus?.” Tanya ku lagi.
“Kurang lebih enam bulan.” Jawabnya singkat.
Kami terus menikmati tahu goreng dan tempe goreng bersama teh manis.
“Bikin mall lagi bikin mall lagi, mall sudah banyak dimana mana, apa ada yang beli yah.? ” Komentar teman saya.
“Lah ada saja yang beli, sebab mall yang semakin bagus dan dingin dan nikmat tempatnya dan mudah dijakau dengan kendaraan umum pasti banyak dikunjungngi, walau orang itu tidak belanja, mungkin cuma lihat saja sambil berhayal nanti jika aku punya uang aku ingin beli yang itu, walau sampai kapan belum bisa beli karena hargan ya tidak terjangkau dengan kemampuannya. Atau hanya jalan jalan membununh kejenuhan di rumah sambil melihat atau nonton karena ada hiburannya. Ada juga yang beringin adem adem karena setiap mall ada AC nya, jadi ada yang sifatnya hanya ingin berdingin dingin gratis di mall.”
“Eh ngomong ngomong tanya tuh sama tukang kopi katanya mau tanya. Makanan yang kok tidak ada malam ini”. Teman saya mengingatka saya, untuk bertanya.
Sambil menghirup pelan-pelan teh manis panas yang telah disuguhkan, dan tidak lupa saya melahap tahu isi goreng dan tempe goreng.
Semula pembicaraan pokok awal adalah mengenai pasar yang hanya untuk basa basi pembuka pembicaraan, seperti pembuka pembuka kata dalam percakapan, pada kata pengantar, pembuka kata pertama pada surat resmi, dan lain lain sebagainya, yang walau nanti isinya atau tujuan terakahinya baru ketahuan. Seperti suatu contoh kata pembuka surat, kepada yang ditujukan dari anak kepada orang tua, semula kata apa kabar baik, ibu bapak atau anak, dan atau putra putri ibu disini baik-baik. Dan paling kata akhir, mak, bapak, kirimin uang dong untuk keperluan uang saku dan uang bayar kos , dan uang untuk bayar kuliah. Itu dulu-dulu, sekarang tidak sulit sulit ada HP ada transfer on line antar bank ke bank kapan saja.

“Bang tukang jualan itu pada kemana sih malam ini kok tidak ada?.” Aku bertanya tidak pada pokok persoalan dan aku sambil tengok kanan kiri melihat sekitar pasar, sehingga membuat pertanyaan tukang kopi, dan iapun bertanya.
“Yang jualan apa?. jawabnya pelan seperti menegaskan pertanyaan saya.
Lalu teman disampingku menambahkan kata kata. Sedang aku asik meniup niup teh panas manis yang akan aku minum.
“Tau tuh bang makan apa yang dia cari karena makanan kesukaaanya”.
Sedang teman satu lagi asik meniknmati kopi susu tidak kemontar apa apa, lagi asik.
Sedang aku belum bisa menjawab karena dimulutku masih mengunyah tahu goreng pengganjal perut sementara. Setelah aku selesai mengunyah baru aku menjawab pertanyaan tukang kopi.
“Itu bang semacam mie tapi dibuat dari beras bukan terigu kalau mie kan dibuat dari terigu. Bahan itu diletakan di piring nanti diseduh dengan kuah kuning semacam kuah gulai kuning, lauk tambahan bisa telor bulat dikupas{telor ayam negeri} atau ayam potong yang sudah dimasak dan dibumbuhi gulai juga,kasih sambal yang pedas wah nikmat banget rasanya kkalau dimakan malam apalagi suasana dingin seperti ini, pasti mak nyes.”
“Oh itu namanya LAKSA makanan khas jawa barat. Malam ini, dia tidak berjualan. Karena malam Jum’at semua hampir tukang laksa tidak berjualan, kemungkinan juga karena agennya yang tidak berjualan dimalam Jum’at sehingga pengecer pengecernya tidak berjualan.” Jawabnya sambil dia mencuci perabot piring kecil, gelas mangkok yang habis minum dan yang habis makan mie.
“Sudah makan mie rebus saja dari pada makan yang kita harap harapin tidak ada.”
Tukas teman saya rupanya sudah tidak than lapar jam telah menunjuka jam 24.30.
“Bang bikin Mie rebus tiga, kasih telor” pesan saya. Sebenarnya saya tidak begitu suka pada makanan yang siap saji apalagi mei yang pengawetnya banyak, saya lebih suka makan nasi uduk atau bubur kacang atau bubur ayam, berhubung perut sudah lapar dan tidak ada makanan alternatif lainnya maka makanlah itu.
Malam Jum’at jam menunjukan jam 1.00 rombongan kami, setelah membawa belanjaan banyak sayuran dan buah buahan. Sambil diperjalanan pulang aku terkesan pada orang orang yang berjualan laksa libur setiap malam Jum’at entah itu kepercayaan mereka atau keyakinan mereka untuk tidak dagang setiap malam jum’at, juga banyak para pedagang pegagang juga tidak buka tokonya, warungnya atau rumah makan ketika hari Jum’at.
Karena saya ingat hari Jum’at dipandang dari beberapa golongan. Golongan satu Hari Jum’at mempunyai anggapan hari jum’at merupakan hari di mana roh jahat semakin intensip berkeliaran apa lagi malam Jum’at kliwon.
Golongan 2{dua} Hari Jum’at adalah hari suci yang disikapi secara berlebih lebihan dengan perlbagai kegiatan yang hapir tidak ada tuntunan di Agama. Golongan tiga Agama yang mengajarkan sesuai dengan tuntunannya dengan pemahaman yang masuk akal dan sikap yang benar.
Bagi saya ingat kembali pada pedagang laksa yang patuh pada hari Jum’at semoga mereka masuk katagori golongan tiga.
Sungguh hari Jum’at merupakan hari Istrimewa Nabi Muhammad SWA. bersabda.
Sebaik-baiknya hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum”at; pada hari ini Adam AS diciptakan, pada hari ini {Adam} dimasukan ke Surga, dan pada hari ini pula ia dikaluarkan dari Surga. Dan tidaklah kiamat akan terjadi kecuali hari ini.

Jam 2.00 dinihari aku sampai di rumah setelah itu, jam itu juga kami yang pria-pria memotong sapi pada malam jum’at, sedang ibu ibu mempersiapkan sayur mayur yang untuk diolah. Pemotongan sapi menguliti dan mem berfsihkan isi perut persis selesai tepat jam lima pagi subuh tiba lewat sedikit. Setelah Sholat subuh aku memotong motong daging menjadi kecil kecil seukuran untuk membuat rendang dan semur betawi, isi perut dibersihkan untuk dibuat soto, lalu kulit kepala dan kaki sapi empat dibersihkan bulunya dengan air panas dan kapur sirih, jam 10.00 pagi aku istirahat sholat dhuha dua rakaat, sungguh nikmat rame dibantu saudara dan istri sebagi juru masaknya atau koordintor masak dan bagian yang membubui. Jam 11.30 istirahat aku mandi untuk persholat jum’at. Setelah selesai sholat jum’at aku kembali bekera di dapur untuk melanjutkan perjaan tambahan yang harus membantu istiku.
Semua hari bagus tidak ada hari selasa dan hari Sabtu menurut kerpercayaan hari yang tidak bagus. Begitu tukang laksa memandan hari Jum’at tidak memandang hanya hari itu dia bisanya istirahat.

Tidak ada komentar: