Jumat, 16 Oktober 2009

Cerpenen 28 tahun.

28 Tahun

Ketika itu kami baru mempunyai anak satu yang masih usia 40 hari, kami pergi undangan di suatu gedung pertemuan untuk menghadiri resepsi pernikahan teman sekantor. Di saat saat kami menyantap hidangan hidangan rasmanan, bertemulah dengan teman sekantor lagi. Dan yang ini lebih, saya sebut saja lebih istimewa dibandingkan dengan yang lain lainnya. Seperti halnya pertemuan diawali dengan perkenalan atau teman yang satu memperkenalkan. Begitu juga aku tak lama, langsung diperkenalkan, kalau berkenalan dan dikenalkan dengan orang lain hal yang biasa, tapi yang ini yang baru aku jumpa seperti ada suatu yang membuat untuk tidak bisa di lukiskan dan di ceriterakan disini. Acara perkenalan sedikit serimonial alias keramah tamahan yang ditampilkan dengan wajah yang dipoles seri dan menatap mata dan tidak lupa berjabat tangan dan saling menyebut, nama dan menyapa apa kabar dan yang sebenarnya kabar yang diucapkan banyak hanya basa basi dan semua itu kabar yang ada pasti kabar baik dan tidak ada kabar yang tidak baik.
Baiklan para pembaca itu tidak perlu dibahas, yang saya mau bahas,yang menjadi pokok persoalan, yang saya mau kemukakan, adalaha perkenalan yang sangat istimewa bagi saya.

“Ini kakakku “ kata teman sekantor yang sambil memegang piring makan menyantap makanan yang sendoknya sedikit ditunda dari suapannya, karena ingin memperkenalkan kakaknya padaku.
“Abdallah” kuperkenalkan nama dan sambil aku menyalami tangannya dan menatap mukanya yang keibuan dan cantik menurut mata lelaki normal seperti saya.
Dan keperkenalkan juga istriku padanya sambil aku berkata.
“Ini Istriku” kataku sedikit mata nakalku masih melihat dia yang diapun melihatku walau sedikt mencuri dari sudut matanya, yang kala itu masih bening tataptapannya.
“Kakaku ini, Debi” lulus tahun ini dan sudah langsung bekerja di suatu perusahaan yang cukup besar dan multinasional, ia di bagian komukikasi massa.
Aku dulu berjabat tangan nama rupanya aku tidak perhatikan dia menyebut nama, tapi aku sekarang ingat namanya Debi yang mudah disebut dan dihapal.
Acara ramah tamah perkenalan singkat itu yang sebentar lalu kami pamit karena kami akan bertemu dengan teman teman yang lain.

Rupanya dulu aku selingkuh mata kala itu setelah selesai berkenalan.
Perselingkuhan bukan hanya badan dan di hati yang bermula dimulai, adalah dari mata seperti peribahasa buaya timbul disangka mati. Cinta itu tumbuh dari mata turun ke hati, begitu juga selingkuh bermula dari selingkuh mata baru menjalar ke hati. Dari mata persilungkuhan itu banyak terjadi. Dan sering terjadi dihati ini kita tidak bisa memungkiri hati ini dari kebohongan perhatian yang secara sembunyi untuk ditujukan pencuri-pecuri daya tarik dari mereka yang memiliki mata yang tanpa disadari menarik hati ini. Yang punya belum tentu menyadari bahwa dirinya mempunyai daya tarik atau mungkin karena aku saja yang tertarik kepolosan matanya baju yang dipakainya dan make up yang dipakainya serta bau harum di bajunya.

Esok dan esoknya kami sering bertemu di kantor, ia menjemput adiknya untuk mengajak pulang sama-sama. Begitu juga kesempatan dan kesempatan kami berdua sering berbincang bincang sambil menunggu adiknya menyelesaikan pekerjaan yang masih belum siap.
Mulanya pertama bertemu di kantorku cuma sekedar basa basi yang kaya-kayanya sih aku tidak perlu bertanya yang sudah tahu pertanyaan dan jawabannya.
“Mau jemput?, sudah besar kok di jemput?” tak tahan aku bertanya juga.
“Kantorku dekat dengan kantor sini dan searah hingga kami sekalian pulangnya ber-sama-sama”. Jawabnya.
Begitu lembut menyambut pertanyaanku dengan jawaban yang singkat juga begitu sambil menunduk melihat ujung sepatu, yang kebetulan ia duduk di ruang tamu kantor.
Hari dan hari sering bertemu ketika usai pulang kantor.
Perselingkuhan bukan di mata, kami secara diam diam mengadakan perjajina pertemuan ketika jam kantor istirahat disuatu rumah makan apa atau di mall apa, itu berjalan tanpa sepengetahuan adiknya yang teman sekantorku.
Ia juga sudah mengetahui bahwa aku sudah berkeluarga dan sudah mempunyai anak satu, yang masih kecil. Ketika perkenalan pertama di gedung pertemuan itu.
Hubungan kami semakin erat tapi mempunyai batas batas nilai yang tidak bisa ditabrak begitu saja. Karena ada teman sekantorku juga menasihati, katanya.
“Jika kamu sekali menghianati perkawinan kamu dan dimulai dari kamu sendiri, maka sang istri lebih parah nakalnya dalam perselingkuhan.Lebih baik jagalah keutuhan rumah tangga kalian tidak seperti para artis yang gampang pasang gampang putus. Ibarat layangn putus sambung.” Begitu komentar temanku seolah menasehati sambil komentar.
Nasehat tinggal nasehat berhubungan terus berhubungan, semakin hari semakin jadi, orang yang dimabuk kasmaran tidak bisa lagi lihat lataran.

Pernah sekali cuti hungan kami kurang lebh 2 tahun atau tiga tahun, karena ia pamit ambil strata 2 di luar negeri. setelah itu hilang dan tidak pernah jumpa atau hubungan putus tidak renggangpun juga tidak begitupun hubungan kami sekeluarga juga berjalan dengan mulus dan tak ada suatu apa yang terjadi di diri kami.

Pernah jumpa sekali ketika ia pulang sudah ambil strata dua, lalu minta pertemuan yang dijanjikan untuk bertemu dimana yang akan dipastikan untuk pertemuan yang tidak mengundang kecurigaan oleh siapa pun yang kenal dengan ku atau kenal dengan dia.
Kerinduan yang dirundung lama tak jumpa dan pertanyaanpun dengan kata sama.
“Kamu masih sendiri?” tanyaku sambil aku menjabat tangannya, yang masih dulu pertama kali berkenalan.
“Atau sudah berkeluarga?’ tanyaku dua pertanyan dan dua jawababan yang dibalas dengan geleng kepala yang pertanyaan kedua sedang pertanyaan pertama disambut cuma anggukan. Itu yang membuat gemas dan ingin rasanya memeluknya erat erat dalam jumpaan ini.
“Sekaranga bekerja dimana?” tanyaku yang ketiga, karena aku tahu waktu dia pamit untuk sekolah ke luar negeri dia telah mengundurkan dari kantornya dia bekerja.
“Aku sekarang bekerja di perusahaan majalah” lalu dia menunjukan majalahnya, “Ini loh majalahnya”
“Bagus kataku”, kataku setelah sekilas ku lihat cover dan dari lembar ke lemar.
“ Apalagi ini cocok majalah wanita yang artikelnya juga cocok buat kamu untuk menuangkan tulisan tulisan kamu yang suka menulis artikel tentang peran-peran wanita”. Komentarku
Seiring sejalan waktu waktu merambat dengan tenang dan kerinduan yang sudah lama tak terbendung dalam pertemuan itu.Dan ia yang berpenampilan masih dulu sedang aku sudah mempunyai putra yang kedua.
Perjanjian dan janji dilakkukan dimana akan bertemu dan janji akan memenuhi janji untuk pertemuan, dan semakin percaya dan semakin menggelora untuk segera bertemu. Kami sering bertemu di geung bioskop atrau gedung theater atau di Mall dan yang paling sering menonton theater.

Peribahasa ada pertemuan pasti ada perpisahan ada awal pasti ada akhir. Begitu pula hubungan kami, terjadi karena resesi ekonomi dan likuidasi bank bank dan penutupan akhir perusahaan
Perusahaan yang tidak bisa meneruskan usaha dan apalagi menjalankan, pengurangan tenaga kerja banyak yang dikurangi, kami berpisah, entah siapa yang mendahului entah siapa yang mengawali tahu-tahunya kami lama tak jumpa.
Hari demi hari minggu ke minggu bulan ke bulan dan tahun ke tahun hubungan kami putus begitu saja. Hungan kami keluarga tetap bahagia hingga aku telah mempunyai anak lima dan cucu tujuh. Bagi aku sudah lah itu yang lalu adalah lalu dan aku lupakan masa itu karena bagaimanapun aku adalah punya ikatan yang membuahkan anak dan cucu sedang temanku yang satu yang kenes itu entah diman rimbanya. Terakhir dengar dengar ia kuliah lahi di sana seberang negara lebih maju kata orang. Negara yang dianggap menelorkan para cendikiawan yang bisa dipakai oleh negara, dan kita menganggap lulusan sana pasti hebat otaknya. Pasti bagus bahasa asingnya. Begitu komentar orang banyak.

Rupanya ada peribahasa Dunia ini sempit seperti sebesar daun kelor. Tak ada angin tak ada hujan tak ada kangen tak ada rindu tak ada niat dan tak ingin bertemu. Peristiwanya sangat sederhana, aku adalah senang berolah raga lari dan bersepeda balap, setiap minggu pagi atau sabtu pagi kami lari putar lapangan olah raga atau aku suka bersepeda jauh sampai dari jakata ke Sentul, atau daerah bekasi atau ke Cilegon atau setiap hari aku bersepeda dari Jakarta timur ke Jakarta Selatan ,tempat kantorku.
Kulakukan waktu itu aku sudah tidak pernah bertemu lagi dengan cemcemanku.
Pertemuan yang terakhir ini lah, yang ketika aku asik berlari pagi di hari libur
Dia bersepeda. Sangat sederhana dan mudah diterka bertemulah kami di pinggir langan, lapangan cinta.
Kami saling menyapa dan sangat sama sama terkejut karena pertemuan ini telah lama 28 tahun saja kami tak jumpa.
Akhirnya kami duduk di bangku lapangan cinta. Saling berceritera dengan suka dan dukanya dan senang dengan tawanya senyum dan keramahannya dan matanya, renyahnya berbicara tidak berubah seperti dua puluh delapan tahun yang lalu.
Setelah berbicara sana sini dan bincang bincang soal itu itu lalu aku cuma bilang,
“Kamu masih cantik tapi sedikit gemukan”.
“Aku Cuma bertanya seperti yang lalu tiga pertanyaan ma’af sangat pribadi”. Suaraku agak direndahkan.
“Kamu sudah berkeluarga?”
“Atau kamu masih sendiri?”
“Dan pertanyaan ketiga kamu kerja dimana?”.
Jawaban pertama hanya geleng kepala dan pertanyaan kedua hanya mengangguk dan pertanyaan ketiga,
“Sudah tidak berkerja lagi”.
Sedikit jangan sampai tersinggung perasaanya aku mengajak.
“Maukah kau berkerja sama denganku?”, kataku yang sedikit hati hati, lalu aku teruskan penawaran ku.
“Aku ada usaha bidang pendidikan, yang kayanya cocok untuk kamu bekerja di yayasan itu?”.

Hidup ini memang sulit diterka begitu nasib juga membawa kita yang sulit diraba, penawaran tanpa ditunda, seperti kesempatan itu langsung diterkamnya dan sekrang telah menjadi bukan sebagai rekanan dalam bidang pendidkan lagi ia telah menjadi bagian dari raga saya mmengelola dan mengelola usaha walau ia telah juga menyetujui dari dirinya dan dari istri saya yang pertama dan ia mau menjadi istri yang kedua walau ia berkata,
Sebelumnya “aku sudah tua”.
“Bukan aku hanya membutuhkan wanita yang muda dan dibutuhkan biologisnya tapi aku membutuhkan meneruskan usaha dan yang selama ini saling kangen kangen tak pernah ada kesudahannya selama ini kita hanya bercita cita, inilih cita cita kita dan bukankah kita sirama dan sejalan menuju kesana”.

Catatan kecil kini ia telah menjadi bagian Abdalah.

Tidak ada komentar: