Kamis, 15 Oktober 2009

Cerpen LAYANG-LAYANG.

Cerpen – LAYANG LAYANG. fille cerpen
Abdulrachman Saleh S.

Banyak layang layang yang terbang di langit biru yang cerah dengan angin yang sangat sederhana. layang layang sering dimainkan secara pribadi, secara kelopok atau, dilombakan secara nasional atau secara Internasional. Layang layang dijadikan suatu hiburan tersendiri atau suatu olah raga ringan ketika kita menarik layang layang besar. Kita sering menikmati kalau lagi asik berada layang sehingga jika ada lawan kita putus benang kita yang menang akan bangga. Sedang putus layang, benang melambai turun kebawah segera ditarik oleh lawan yang kalah sedang layang putus melayang layang di langit cerah.

Sering terjadi kehidupan ku seperti layang layang putus talinya, tanpa kendali, sering pikiranku melayang layang seperti layang layang putus. Arahan layang putus tak terarahkan, sudah tentu arahnya akan kemana, nyangsang di pohon atau jatuh ke kali atau ke laut atau ke jalan raya atau jatuh di atap genteng rumah penduduk. Atau jatuh di daerah perkampungan yang nantinya diperebutkan anak kampung untuk menguber/memburu layang-layang.
Tapi pikiranku yang sering melayang layang tanpa arah tujuan dan yang pasti pikiranku yang dilayangkan itu hampir semua hayalan dan hayalan yang belum tentu akan menjadi kanyataan.
Pernah pikiranku melayang untuk itu, ketika itu aku seolah olah jadi sang penguasa yang akan mengusai semua apa yang aku mau, jika perlu aku ingin menjadi penguasa laut bumi dan daratan.
Disana aku akan menduduki tahta kesombongan dan keangkuhan yang seperti penguasa penguasa bumi. Seperti dalam judul lagu
Wahai Engkau penguasa bumi dan Sorga. Tapi untuk menguasai segala itu aku harus bersekutu dengan setan jin atau iblis laknat.
Itu aku tak berminat. Aku ingin menguasai dengan pikiranku dan kemampuanku sebagai manusia biasa. Pikiranku melayang lagi kadang aku melayang beripikir untuk menjadi orang biasa yang tidak ingin ada ambisi apa-apa. Atau seperti tukang bikin ceritera bisa aku ada di posisi mana? yang mengatakan aku sebagai apa? peran aku dalam ceritera. Sekarang aku ingin peranku disini sebagai rakyat jelata(sekarang tidak ada rakyat yang jelata yang ada sekarang, rakyat yang kurang ada), yang ingin aku inginkan aku jadi penguasa. Seperti ceritera Novel Sutan Iskandar ‘Kadak ngendak jadi lembu’ mana mungkin yah walau dipaksakan juga. Tapi toh ini pikiran orang yang lagi melayang-layang sambil ber angan seperti ceritera-ceritera di TV swasta banyak orang orang miskin yang seakarang lagi diangkat ke layar kaca dan mendapat hadiah dari para penderma. Katanya TV dulu cuma hanya berkisar di dunia gedongan dan lokasi dan fasilitas mewah. Sekarang TV sudah mulai bisa mengetengahkan ceritera rakyat-rakyat yang masih belum punya apa-apa .
Begitulah aku masih melayang ceriteraku entah masih dimana. Aku melayang kadang belum punya ide untuk berceritera padahal di depan Notebook (Laptop) ku jariku sudah menari-nari atas huruf-hurufnya. Kata apa atau kalimat apa yang akan kutuangkan dan aku akan berperan sebagai apa juga belum dapat menulisnya. Aku melihat kadang acara TV yang banyak ceritera itu – itu saja tak ada beda dengan ceritera klasik rumah tangga penyelewengan, selingkuh, percerain, warisan, perebutan harta, dan macam sejenisnya, sangat klasik ceriteranya, Siaran yang banyak dinenuhi iklan-iklan yang betebaran tidak banyak untuk mendidiknya yang penting laku produknya, ceritera cinetron yang diuber (kejar tayang) hingga menghasilkan ceritera apa adanya. Penayangan dan penanganan yang hanya beda di kata yangan dan nganan tidak tersentuh tuntas oleh kritik dan saran oleh siapun apalagi dari aku yang hobinya cuma melayang-layang sambil menerawang masuk kedalam tubuh tubuh pengelola segala siaran tak digubriskan. Aku disini mau duduk disini sebagai apa? apa aku hanya sebagai tukang kritik atau sebagai penghimbau atau sebagi sisi pengelola siaran atau sebagai yang punya TV dan menggaji Karyawan. Atau aku berttanya sebagai rakyat kecil atau aku berperan sebagai penguasa yang memegang peranan informasi dunia untuk menyesatkan mereka. Hanya semata mencari kuntungan belaka. Aku bertanya sebagai apa. Lalu piranku melayang dan aku berpikir kemasa bodohan yang ada itu bukan urusanku itu urusan badan pengelola, badan sensor dan yang punya program-program lainnya. Lalu protes sebagai apa, aku protes. Atau aku tak mau nonton TV sertiap hari cukup empat tahun sekali itu karena Piala dunia, Atau aku tidak sama sekali nonton itu ketinggalan Informasi.
Masih aku melayang seperti layangan yang belum mau jatuh ke tanah. Aku takut seperti layang-layang yang mau hampir jatuh direbut anak-anak pengejar layang-layang kalau tertakap bagus tapi jika tidak tertangkap habis terkoyak koyak layangannya.
Begitu aku juga berpikir apakah aku akan terkoyak koyak dengan protes yang akan dipersiapkan untuk memprotes panggung kehidupan yang semakin yang semakin jauh dari semestinya, jauh dari tuntunan Agama dan sudah tidak punya etika. dan tidak punya iba yang ada hanyalah kekerasan yang akan aku dapatkan nantinya. Tapi aku tak mau begitu pasif sebagai warga negara aku tetap seperti semula membela anak bangssa dan membela siapa yang patut untuk dibela. Ini sebetulnya kewajiban kita anak muda.
Ceritera ini saya habiskan dulu sampai disini karena aku masih belum punya ide untuk selanjutnya jangan sampai kaya pengarang terkenal yang menghabisi dirinya dengan bunuh diri karena katanya ceritera-ceriteranya sudah habis dan habis pula ide-idenya. Sehingga ia menghabisi dirinya dengan bunuh diri. Kalu aku lain setelah habis ideku aku bangun ke kamar mandi ambil air wudhu sholat sunat kalau pagi sholat Dhuha kalau malam aku sholat Tahajut. Pasti Allah akan menuntun kita mendapatkan ide-ide untuk menulis lagi. Penat pikiranku yang tadi melyang-layang untuk apa lagi yang kutulis. Kini pikiranku mulai jernih dan aku ingin menulis apa?, aku disini. Seperti aku menulis surat untuk rekan-rekan sejawat, keluarga anak istri dan handai tolan yang ada di bumi aku ingin menulis seperti berbentuk prosa atau setengah puisi.
Untuk saya bagikan kepada yang membaca tulisanku ini :
“Aku kiniya
sangat bahagia hidup cukup adanya punya rumah tidak punya yang mewah tapi cukup untuk meneduh sekeluarga.
Punya anak jumlahnya lima walau satu sudah tidak ada, diapnggil yang Maha Kuasa.
Aku punya cucu banyak jumlahnya tidak kira lebih dari lima yaitu cukup tujuh saja
Punya teman-teman baik semuanya
tidak ada satupun yang kubenci mereka
seandainya ada yang jahat padaku aku tetap mencintainya
Aku sekarang rajin beribadah karena usia tinggal seberapa
karena jemputan sebentar lagi tiba
lambat atau cepat pasti datang jua
Aku sekarang rajin menulis dikirim ke mana mana
terutama aku menulis artikel mengenai agama
Tapi tidak itu saja akau menulis cerpen, novel, puisi,atau ceritera lainnya
artikel hukum hukum terutama hukum perdata
dan hukum agama
Aku cukup bahagia lebih bahagia kurasa
bisa mengajar bahasa
Aku bisa mengajar pembukuan yang sekarang disebut akutansi katanya tapi sama saja.
aah masih banyak yang akan aku ceriterakan sekarang aku mau nulis tentang agama.
aku mau semua mau membaca tulisanku ya”.

Kututup tulisan ku dengan aku selalu berdoa “Ya Allah semoga saya selalu mendapatkan anugrah dan barokah untuk mendapatkan ide ide menulis yang bisa bermanfaat bagi pribadi, keluarga, negara dan bangsa. Sumbangsih saya tidak ada hanyalah kata dan kata yang bisa aku buat untuk disumbangkan itu saja. Dan sehatkan saya, agar saya bisa membuat kata dan kata. Dan berikan saya rejeki, untuk membeli yang saya bisa membelinya karena manfaatnya bukan karena murahnya, terutama fasilitas untuk menulis. Engkaulah yang maha kasih lagi maha penyayang, sang kasihnya tidak terbilang.
Ya Allah Berilah saya waktu yang cukup untuk bisa berbuat sesuatu yang bisa membuat kata ke kata yang cukup waktu.
Ya Allah hanya engkaulah yang bisa membantu umat-MU yang butuh dan, ya Allah engkau yang lebih tahu lahir maupun batin, yang tampak maupun yang tidak tampak. Ya Allah hanya itu yang aku bisa memohon padamu, karena aku tidak bisa berbuat kata banyak ketika dihadapan-MU.

Kepada teman-teman, handai tolan dan sanak keluarga, dimana saja.
Aku menggulung sejadah yang baru menyelesaikan sholat malam dan sebentar, beberapa menit lagi menjelang subuh.
Ku beranjak menuju note book lalu kuakhiri tulisan-tulisan ini semoga bermanfaat. Ada kata bijak “untuk apa hidup ini hanya berguna untuk diri sendiri, alangkah baiknya juga hidup berguna bagi orang banyak, begitu kata dan kata semoga berguna bagi saya sendiri dan bagi kita semua teman.

Cakil (catatan kecil) q-adul
E-mail q_adul@yahoo.com
http://d-humaniora.blogspot.com
Google d_yak