Kamis, 15 Oktober 2009

BERBICARA TENTANG AL QUR'AN

AL QUR’AN

Berbicara tentang Al Qur’an

Dalam surat An Naml : 76

•         
  
“Sesungguhnya Al Qur’an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebagianbesar dari (perkara-perkara
Yang mereka perselisihi tentangnya.”

Jadi Al Qur’an itu adalah perkatan Allah baik lafazh maupun maknanya, Allah memang benar- benar berkata dengan itu, menyampaikannya kepadA JIBRIL, kemudian membawanya turun kedalam hati Nabi Muhammad, agar beliau menjadi pemberi peringatan dengan lisan Arab yang jelas. Para salaf berkeyakinan bahwa Al Qur’an diturunkan secara bertahap, Allah menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW. Secara bertahap dua puluh tiga tahun sesuai dengan hikmah Allah.

Kemudian turunnya Al’Qur’an itu ada yang langsung tanpa sebab dan turun dengan adanya sebab, artinya, bahwa se bagian Al Qur’an turun karena sebab tertentu yang menuntut turunya dan sabagian lainnya turn tanpa sabab, sebagian turun dengan menceriterakan b erita yang telah lalu, sebelum nabi dan para sahabatnya, sebagian lainnya turun mengenai hukum-hukum syariat.

Demikian sebagaimana disebutkan oleh para ahlul ilmi tentang masalah ini, lain dari pada para salafi juga mengatakan bahwa Al Qur’an berawal dari sisi Allah kemudian akan kembali ke Allah pada akhir jaman .

Sebagaiman yang kita ketahui, bahwa Allah telah menetapkan kepada Al Qur’an sifat-sifat yang agung, bahwa Ala Qur’an itu hakim atau bijaksana, baik. Sifat sifat yang ditetapkan Allah kiepada kalam-Nya itu sebagai sifat juga baiu siapa saja yang berpegang teguh dengan Al Qur’an dan mengamalkannya secara lahir dan batin, maka Allah akan menjadikan baginya kebaikan, keagungan hikmah, kemuliaan dan kekuatan yang tidak mungkin diraih oleh orang yang tidak berpegang dengan Kitabullah.

Yang lazim bagi pembaca Al Qur’an hendaknya dalam keadaan suci dari hadats kecil dan hadats besar, tidak boleh seseorang membaca Al Qur’an dalam keadan berhadats besar. Orang yang junub misalnya, wanita sedang haidh.

Kemudian dari itu, yang lazim bagi yang membaca Al Qur’an hendaknya menghayati di dalam hatinya tentang apa-apa yang ditujukan oleh kalimat Al Qur’an yaitu mengenai makna makna yang luhur, baik ayat-ayat itu men genai berita atau kisah ataupun hokum, karana Allah menurunkan AL Qur’am untuk hikmah ini.
Allah berfirman pada surat Shad 29

         

Artinya :

“ini adalah sebuah kitab atau Al Qur’an yang Kami turun kan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran, orang-orang yang mempunyai pikiran”.

Akan kita temukan perbedaan yang besar ketika membaca Al Qur’an yang hatinya lengah dibandingkan dengan hati yang khusyu sambil menghayati apa yang yang diucapkan nya.

Mengenai bacaan Al Qur’an selayaknya baannya itu bersifat tenang, tidak cepat sehingga melewatkan sebagian hurufnya atau mengesampin gkan sebagian kalimatnya, bahkan seharusnya Al Qur’an itu dibaca dengan secara perlahan-lahan. Boleh juga dibaca dibaca cepat tapi dengan syarat tidak ada huruf yang kelewat, mana yang panjang dan mana yan g pendek dibacanya dan lain lainnya.

Hukum membaca Al Qur’an untuk orang sudah meninggal, membaca Al Qur’an untuk ruh yang sudah meninggal, yaitu di mana si pembaca menginginkan pahala bacaannya itu diberikan kepada orang yang sudah meninggal di antara kaum musliman , mengenahi hal ini para ulama berbeda pendapat. Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa hal ini tidak disyari’atkan, karena orang yang sudah meninggal tidak dapat mengambil manfaat itu dari bacaan Al Qur’an, yakni tidak dapat mengambil manfaat Al Qur’an dalam hal ini. Yang lainnya berpendapat bahwa itu bisa bermanfaat , maka seseorang boleh membacakan Al Qur’an dengan niat bahwa bacaan itu dihadiahkan pahalnya untuk si fulan atau si mayit kaum muslimin
Atau kerabatnya atau bukan. Ini pendapat yang lebih kuat karena ada petunjuk tentang
jenis ibadah yang boleh dialihkan pahalanya kepada orang yang sudah meninggal.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Sa’ad bin Ubadah ketika ia menyedekahkan kebun untuk ibunya alias pahalnya untuk ibunya. Juga sebagiaman yang disebutkan dalam kisah seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “ sesungguhnya ibuku mati mendadak, menurutku, seandainya ia sempat bebicara tentu ia bersedekah. Apakah boleh aku bersedekah untuknya?.”
Beliau menjawsab. “Ya”

Ini ketetapan tertentu yang menunjukan bahwa menghadiahkan pahala jenis ibadah kepada seseorang di antara kaum muslimin adalah boleh. Tapi yang lebih utama dari itu adalah mendoakan orang yang sudah meninggal dan tetap menjadikan amal-amal shalih untuk dirinya, karean Nabi SAW telah bersabda.







“ Jika anak Adam mati, maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara, shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya”
Adapun mengenai bacaannya yang dilakukan sabagian orang untuk orang meninggal setelah wafatnya seperti mengundang seorang qari untuk membaca Al Qur’an dengan upah agar pahala bacaannya itu untuk si mayit, maka hal ini adalah tidak ada tuntunan dari Nabi Muhammad SAW. Dan pahalanya itu tidak akan sampai kepada si mayit, karena si qari itu membaca Al Qur’an untuk tujuan materi.

Barang siapa yang melakukan suatu ibadah dengan tujuan keduniaan, maka tidak ada bagian apapun baginya di akhirat . Sebagaimana firman Allah Surat Hud 15,16

       • 

     • • 

Artinya ;

“barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasaanya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan surat Hud 15 ayat 15-16.

Faedah Al Qur’an

1. Sesungguhnya Al Qur’an itu memberikan petunjuk {jalan} yang lebih lurus surat Al isra ; 9
•            •    
9. Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,




2. Doa yang dikabulkan ketika khatam Al Qur’an
3. Ia mendatangi pembacanya untuk memberikan syafaat pada hari kiamat.
4. Ia merupakan sarana mendapatkan ilmu.
5. Ia menjadikan sebab selamat dari adzab.
6. Ia membuat rasa nyaman dan jiwa tenang
7. Ia sebagai sebab mendapat keberkahan
8. Ia menyebabkan turunnya keterangan.
9. Ia sebagai sebab kuatnya daya ingat
10. Ia merupakan obat bagi hati dan seluruh tubuh.
11. Ia menambah keimanan
12. Ia mendapat peraih pahala yang besar
13. Ia dapat melipat gandakan kebaikan
14. Ia dapat menata akhlak dan meluruskan lidah
15. Ia dapat menjaga dari berbagai fitnah.
16. Malaikat menyampaikan shalawat {berdoa} kepada pembacanya.


BAHAYA TIDAK MENYAPA AL-QUR’AN

1. Sesungguhnya orang yang tidak ada sedikitpun Al Qur’an di dalam dadanya adalah ibarat rumah yang ambruk hadits HR At.Tarmidzi.
2. Barang siapa yang berpaling dari pengajaran {Rabe} yang maha pemurah {Al Qur’an}, Kami adakan baginya syaitan {yang menyesatkan} maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.{Az-Zu kruf ; 36}
 •          







3. “Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.
Lihat surat Thaha ; 124 dan 126.

Hal-hal yang dapat membantu di dalam membacva dan menghafal Kitabullah.

1. Bertakwalah kepada Allah “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman lihat surat Al Maidah ayat 23.
2. Menjadikan niat ikhlas dan memperbaiki tujuan hanya semata mata karean Allah.
3. Membaca secara tartil. Lihat surat Al Muzzamil ayat 4.
4. Mengucapkan dan membacanya secara benar.
5. Mentadaburi {merenungi/memperhatikan} dan memikirkan makna ayat ayat yang mulia.
6. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an” surat An Nisa; 82.
7. Tidak berhanti {mandeg} sekalipun melewati masa-masa mengendurnya semangat.
8. Bersabarlah dan tidak terburu buru untuk menyelesaikan bacaan dan membereskan hafalan .
9. Menghadiri majlis-majlis dzikir.

Hal-hal yang dapat membantu menghafal secara khusus.

1. Membatasi jumlah ayat yang akan dihafal.
2. Selama menghafal satu jenis huruf saja.
3. Tidak melewati satu surat.
4. Memperdengarkan bacaannya ke orang lain.
5. Memfokuskan pada surat-surat yang menunjukan kemiripan-kemiripan.
6. Antusias berulang kali membaca.

PENUTUP

Berbicara tentang Al Qur’an masih banyak dalil dalil, ayat-ayat atau firman Allah yang berkenaan dengan Al Qur’an ;

Salah satunya adalah

1. Apakah Al Qur’an itu?.
a. Arti kata Qur’an dan apa yang dimaksud Al Qur’an
b. Cara-cara Al Qur’an diwahyukan.

Tidak ada komentar: