Jumat, 16 Oktober 2009

Cerpen Odong-odong

Cerpen Qi Adul file Saleh
Abdulrachman Saleh S
ODONG-ODONG

Setiap hari dan setiap pagi kurang lebih jam 8 s/d jam 9 gerobak beca yang digenjot dengan pedal yang dari karet itu lewat ke rumah. Ada yang berbentuk sesingaan atau aneka binatang yang bisa diduki anak-aneka usia kurang lebih 2 sampai 4 tahun, kalau orang dewasa yang duduk, mainannya bisa jebol, yang bisa diduduki yakni tempat dibelakang gerobak becak, pak pemilik yang hanya menduduki seperti sang raja yang berkuasa.
Ada yang berbentuk aneka aminan mobil-mobilan untuk anak-anak bisa duduk di arena mainan tedrsebut.
Sambil ibu-ibu muda atau opa atau kakek\nenek(oma) atau embak-embak yang mongmong untuk menenangkan dan untuk menyenangkan balita (baya-bayi dibawah umur lima tahun) untuk betah bisa disuapi atau untuk didiamkan ketika anak nangis.
Secara filosofi mainan atau disebut odong-odong itu bisa menghibur atau bisa menyenangkan anak-anak.
Pernah aku memomong cucu-cucuku yang jumlah nya sebanyak tujuh dan setiap liburan atau sebulan sekali ia main kerumah agar bisa main dengan odong-odong.
Sambil mongmong atau mengasuh aku sempat mengobrol dengan Abang-abang yang asik menggebjot pedal dan kadang menggantikan Casette dengan lagu temanya yang disukai kanak-kanak.
Bermula aku hanya tanya
”Berapa modal mainan ini.”
”Tujuh ratus ribu rupiah”, Jawasbya
”Berapa pendapatan sehari”, tanyaku lagi
”Ya kurang lebih 50.000,--per hari
”Bersih apa kotor”. tanyaku
”Bersih sudah potong makan dan minum”.
”Termasuk strum ACCU”. tanyaku lagi
”Sudah”.
”Cuma.” jawabnya lagi
”Kok ada cumanya.” tanyaku penasaran
”Ya cumanya cape menggenjot saja kalau banyak
yang manggil.”
”Dan kalau cape, jadi haus”, jawabnya
” Jadinya banyak jajan minuman.”
”Kan minuman atau air minum bisa bawa dari rumah
biar hemat”. kataku mengajari.
Pertanyaan beralih ke yang lain, bukan masalah
mainan odong-odong. Pertanyaan klasik sebenarnya yang dipertanyakan orang-orang yang telah putus hubungan kerja.
”Dulu Kerja dimana, pegawai negeri atau pegawai suasta?”, sebenarnya pegawai negeri tidak masuk dalam daftar pertanyaan, cuma untuk nambah pertanyaan saja.
”Di Perusahaan Swasta jawanya” jawabnya, belum dilanjutkan pertanyaan yang lain ia sudah menambahkan jawabannya.
”Saya kena Imbas, alias kena PHK”, jawabnya lagi, dan aku belum bertanya selanjutnya. Ia sudah menambah kata lagi.
”Uang PHK tidak seberapa Saya belikan berapa aneka mainan ini ( orang bilang odong-odong) saya belikan 3 (tiga unit) Odong-odong atau tiga macam aneka mainan.
”Lalu odong-odong dua lagi kemana tanyaku?.
”Aku sewakan dengan setoran setiap odong-odong
Lima puluh ribu rupiah satu hari”.
”Jadi pendapatan ada seratus lima puluh ribu sehari
tanyaku lagi?”
”Yah kalau lagi Rame apa lagi kalau hari libur seperti
anak-anak banyak kumpul di rumah.
”Dan saya mutar dua kali setiap hari” ceriteranya
lagi
”Pagi jam 8 s/ jam 10 atau jam sebelas, saya pulang istirah sholat lohor dan tidur setelah sholat ashar sya kembali mutar sampai jam 5.30 saya pulang atau kadang saya hanya mutar pagi satu setengan jam atau sorenya sama satu setengah jam.” begitu ceriteranya.
”Mana banyak yang menggunakan aneka mainan ini, di komplek atau di kampung-kampung”? Tanyaku lagi.
”Tidak beda dan saya keliling kalau lagi mau di
komplek-komplek.
atau di kampung-kampung”.
”Senang usaha ini?. Tanyalu lagi.
”Senang modal awal saja yang banyak setelah itu
pengeluaran sehari-hari, ya makan, ya minum dan,
ya bayar kontrakan, dan paling ada sedikit ya
perbaikan, ya perwatan dan, kalau ada tambal ban
pecah”. begitulah ceriternya ketika habis selesai menggenjot untuk menghibur cucu-cucuku. Sambil aku tidak lupa memberikan minum teh manis hangat untuknya.
”Untuk menambah setamina” pikirku.
Dan takan ragu lagi ia minum setelah kupesilahkan minum.
Sambil istirahat dan minum teh manis aku bertanya lagi.
”Ada kendala-kendala lain legi selain yang tadi abang ceriterakan?”.
”Ada Pernah memperbiaki Cassette kusut yang sedikit merepotkan. Pernah terjadi anak-anak sudah pada naik ternya Cassette kusut anak dan orang tua + para pengasuhnya gelisah dan akhir dari pada akhir turun semua, ada beberapa yang sudah bayar uangnya diminta, dan Sayapun pulang tidak bawa uang. Itu sedikit dukanya. Dan duka yang ditambah kalau lagi hujan tidak bisa keliling itulah dukanya, atau kalau lagi tanggung bulan”. Ia menambah berceritera.
”Kalau lagi sukanya apa?. tanyaku lagi.
”Kalau ada yang memakai sampai lima atau tujuh lagu untuk dicarter oleh satu ibu rumah tangga. Karena alasannya mengapa ia sampai begitu lamanya mendengarkan lagu.
Untuk anaknya yang susah makan, tapijika dinyanyikan dengan dinaikan ke odong-odong dan sambil disuapin ia mau makan sampai habis, kalau tidak ia tidak mau makan”.
”Selain itu apalagi sukanya?. tanyaku terus makin penasaran
”Selain itu ada juga, yang untuk menenangkan anaknya yang naik terus menerus, jika diberhentikan tidak mau malah menangis minta naik lagi. Tapi kalau sudah naik odong-odong lagi langsung diam. Ada juga yang sudah menanti di pintu rumahnya, menanti odong-odong datang dan orderpun datang”.
”Bang ada rasa cape kerja begini?” tanyaku.
”Cape ya cape namanya orang cari duit, kalau tidak begini entar ngak dapat duit”. jawabnya.
”Sama saja dengan bekerja apapun ya cape namanya mencari nafkah”. komentarnya lagi.
”Eh Pak (memanggilku) ngomong-ngomong begini-gini saya mencari nafkah, menghibur, juga ada rasa ibadah loh pak”.
”Misalnya ukuran Ibadahnya seperti apa?”. Tanyaku memancing untuk lebih tahu secara khususus.
”Misal aku sangat bahagia sangat senang bisa
menyenangkan anak-anak dengan mendengarkan lagu kanak-kanak dan menggenjot pedal menurunkan dan menaikan mainan untuk ketika menggenjot turun dan naik. Anak-anak yang semula menangis cengeng dan tidak mau makan, menjadi diam tenang dari tangisnya dan mau makan. Itulah rasa senang saya”. alasannya.
”Dan bukankah setiap orang orang untuk memberi kebahagian dan kesenangan pada orang lain yang bersifat positif itu adalah sebagian Ibadah”. ceriteranya lagi.
Aku tercenung pada kata, ingat kata Ali Bin Abi Thalib. Janganlah kamu melihat orang yang berkata, tapi kamu lihat perkataannya.
Ada orang mencari nafkah motifasinya semata-mata untuk kebutuhan hidupnya. Tapi disisi lain sambil mencari nafkah motifasinya menyenangkan banyak orang lain bukan untuk dirinya sendiri hanya mencari kebutuhan hidup semata-mata.









Cipondoh.26.5.09
Cakil (catatan kecil) q-adul
E-mail q_adul@yahoo.com
http://d-humaniora.blogspot.com
Geoogle d_yak

Tidak ada komentar: