Rabu, 14 Oktober 2009

MENGHARAP CINTA BERLEBIHAN

MENGHARAP CINTA DARI ALLAH
MENGORBANKAN SEGALANYA.

Cintanya terhadap Allah yang berlebihan sehingga mengorbankan segala-segalanya demi mengharap cinta dari Allah. Juga tidak boleh, Allah tidak menginginkan umatnya terlalu berlebih-lebihan. Makan berlebihan, minum terlalu berlebihan harta terlalu berlebihan apalagi tidak diinfakkan beberapa dari harta, berpakaian berlebihan, berbicara berlebihan apalagi obral janji berlebihan, tertawa berlebihan. cinta terhadap keluarga berlebihan, seperti cinta pada anak dan istri yang berlebihan.
Seperti Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 190 (QS;2:190)
              
190. dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Seperti sajak cinta yang berlebihan, ceritera novel yang berlebihan. Allah tidak membutuhkan puji dan sanjung berlebihan, apalagi sanjung dan puji sifat munafik mengharap pamrih yang berlebihan. Begitu cinta terhadap Allah jangan terlalu berlebihan. Yang terpenting bagi kita umat muslim. Bagaimana cara agar Allah sedikit memberi cinta pada kita itu yang kita harapkan?.
Seperti kata bijak dibawah ini.

“Kalau engkau mencintai dan dicintai orang, bersyukurlah. Karena hidupmu telah berharga, tandanya engkau telah masuk dalam daftar anak bumi yang terpilih. Allah telah memperhatikan belas kasih-Nya kepadamu lantaran pergaduhan hati sesama makhluk. Dua jiwa di seberang Masyriq dan Magrib telah terkukung di bawah suatu perasaan di dalam lingkungan Allah (Al-Nisah Mai)
“Kalau cintanya tak terbalas, bersyukurlah.Karena sesungguhnya orang yang mengusir akan jatuh kasihan dan ingin kembali kepada orang yang diusirnya itu, setelah dia jatuh dari matanya, dia akan jatuh cinta yang lebih tinggi derajatnya dari pada cinta lantaran hawa”.

Batasan Cinta:
Memang sukar memberi batasan tentang cinta; hanya dikatakan bahwa dalam jiwa ia adalah nafsu, dalam sukma adalah simpati, dalam badan hanya suatu keinginan tersembunyi dan halus untuk memiliki yang dicintainya setelah melampaui banyak keharmonisan.
Sebagai gambaran atau perjalanan sejarah yang tercatat.
Seperti layaknya cintanya Romeo terhadap Yuliet, atau cintanya Rama terhadap Shinta, Cintanya Kaislaele dan Maznun, Atau Cintanya sampek dan Engtai, Saida dan Adinda, Roro Mendut dan Pono citro, dan masih banyak ceritera ceritera cinta yang mengorbankan segala galanya demi untuk mengharapakan sebuah cinta. Dan cinta kedua belah pihak pun tidak cinta sembarang cinta hingga mendapatkan bukan cinta bertepuk sebelah tangan tapi cinta mereka telah terbentuk sedemikian rupa sehingga tercatat dalam sejarah sepanjang jaman. Itulah cinta Insan di Dunia.

Cinta terhadap tasauf, tokoh sufi yang terkenal adalah Rabi’ah Al-Adawiyah yang begitu cintanya terhadap Allah untuk mendapatkan sebuah ridonya dari Allah ia mau berkoban tidak bercinta dengan makhluk lain terkecuali Allah. Dituliskan atau diabadikan pada buku-buku sufi. Ia adalah seorang Sufi wanita terkenal abad ked 8. Rabi’ah al-Adawiyah terkenal zahid (tak tertarik pada harta dan kesenangan duniawi dan tak mau meminta pertolongan pada orang lain. Dan manusia untuk mendapatkan cinta dari Allah SWT. dan Allah pun agar berekenan Cinta pada dirinya, maka untuk mencapai jalur cinta dari Allah yang ditempuh oleh manusia yakni dengan jalan tarekat.
Beda cinta manusia dangan manusia, cinta manusia dengan sang penciptanya yakni Allah.

Sepenggal perasaan cinta dan asyik maksyuk dengan Allah, sebgaiman kekasihnya. Bagaimana gelora cintanya
kepada Allah. Tergambar dalam sejumlah ungkapan-ungkapan berikut:

“Aku mengabdi kepada Allah bukan takut kepada Neraka ...bukan pula ingin masuk surg ... tapi aku mengabdi karena cintaku kepada Allah.”

“Allah, jika aku mengabdi kepada-Mu karena takut pada neraka, bakar aku didalamnya, dan jika aku mengabdi kepada-Mu karena mengharapkan surga.. jauhkanlah aku daripadanya : tetapi jika Kau kupuja semata-mata karena Kau. maka janganlah Kau sembunyikan kecantikan-Mu yang kekal dariku.
“Ya Tuhan bintang di langit telah gemerlapan, orang orang telah bertiduran, pintu-pintu istana telah dikunci dan tiap kekasih telah menyendiri dengan kekasihnya dan inilah aku di hadirat-Mu.”

Sewaktu fajar telah menyinsing : “Tuhanku, malam telah berlalu dan siang segera menampakan diri. Aku gelisah apakah amalanku Kau-terima hingga aku merasa bahagia, ataukah Kau-tolak hingga aku merasa sedih.
Demi kemuliaan-Mu inilah yang akan kulakukan selama aku Kau-beri hayat. Sekiranya Kau-usir dari depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi, karena cinta pada-Mu telah memenuhi hatiku.”
“Aku mencintai-Mu dengan dua cinta :cinta karena diriku dan cinta karena Diri-Mu. Cinta karena diriku adalah keadaanku senantiasa mengingat-Mu, dan cinta karena diri-Mu adalah keadaan-Mu menyingkapkan tabir hingga Kau kulihat.
Baik untuk ini maupun untuk itu, pujian bukanlah bagiku, tapi bagi-Mullah pujian untuk semuanya.”

“Wahai kekasih-hati, hanya Kau-lah yang kucintai. Bari ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadirat-Mu.
Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku.Hatiku telah enggan mencintai selain dari-Mu. (Ensiklopedi Islam Indonesia)

Cinta terhadap Rasulullah saw, sangat beda sekali dengan definisi-definisi cinta yang diuraiukan oleh cinta yang bersifat duniawi.
Cinta pada Nabi Muhammad SAW adalah cinta untuk pendekatan pada Rasul dengan cara mentaati apa yang dianjurkan oleh Rasul dan menjauhi apa yang dilarang/tidak diajarkan/tidak dilakukan oleh Rasul.

Seperti dalam firman Allah sebagai berikut :
Surat Al Ahzab (33) surat 62.
•          •   
62. sebagai sunnah Allah yang Berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah.

Didalam surat :
Faathir (35) ayat 43.
                • •    •      •   
43. karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu[1261]. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.

[1261] Yang dimaksud dengan sunnah orang-orang yang terdahulu ialah turunnya siksa kepada orang-orang yang mendustakan rasul.

Didalam surat : Al Fath (48) ayat 23
•          •   
23. sebagai suatu sunnatullah[1403] yang telah Berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu.

[1403] Sunnatullah Yaitu hukum Allah yang telah ditetapkannya.

Didalam Surat : Ali Imran (3) ayat 132
     
132. dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat.

Didalam surat An - Nisaa (4) ayat 80
•             
80. Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka[321].

[321] Rasul tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan.

Masih dalam firman Allah surat An-Nisaa (4) ayat 115 dan 170
      •           •   • 
115. dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu[348] dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

[348] Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan.

 ••             •         •  
170. Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, Maka berimanlah kamu, Itulah yang lebih baik bagimu. dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah[382]. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

[382] Allah yang mempunyai segala yang di langit dan di bumi tentu saja tidak berkehendak kepada siapapun karena itu tentu saja kekafiranmu tidak akan mendatangkan kerugian sedikitpun kepada-Nya.

Didalam surat AlA’raaf (7) ayat 157.
   •                               •  •         
157. (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka[574]. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.

[574] Maksudnya: dalam syari'at yang dibawa oleh Muhammad itu tidak ada lagi beban-beban yang berat yang dipikulkan kepada Bani Israil. Umpamanya: mensyari'atkan membunuh diri untuk sahnya taubat, mewajibkan kisas pada pembunuhan baik yang disengaja atau tidak tanpa membolehkan membayar diat, memotong anggota badan yang melakukan kesalahan, membuang atau menggunting kain yang kena najis.

Didalam firman Allah Surat Al Anfaal (8) Ayat27
           
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Didalam Firman Allah Surat An Nur (24) ayat 54
             •             
54. Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".

Penulis tambahkan dari Hadist Shahih Bukhari No 1892.

Dari Abu Hurairah R.A. bahwa Rasulullah saw. bersabda : Siapa yang mematuhi perintahku, maka sesungguhnya orang itu mematuhi peritah Allah.
Dan siapa yang melanggar perintahku, maka sesungguhnya dia mendurhakai Allah. Siapa yang mematuhi perintah pembesarku, maka sesungguhnya orang itu mematuhi peritahku. Dan siapa yang melanggar perintah pembesarku, maka sesungguhnya orang itu melanggar perintahku.
Sederhana sekali rasa cinta kepada Rasulullah dan Allah, hanya kita berat menjalankannya, Tapi jika sudah rasa cinta kita Seperti Rabi’ah Al-Adawiyah atau seperberapa rasa cinta yang tidak berlebihan. Tidak muluk-muluk keinginan kita untuk mendapat balasan cinta dari Allah. Balasan cinta dari Allah walau hanya seberapa bahagia kita.

Kesimpulan :
Berlebihan, melampui batas, Allah tidak suka dengan cara-cara Kita sebagi umat muslim yang taat ibadah dan taat menjalankan perintah Allah dan taat sunnah Rasulullah, dan taat menjalankan apa yang dilarang dan diperbolehkan. Jangan terlalu berlebihan Bukannya Allah menjadi Cinta pada kita, malah berpaling dari hadapan kita.














Cakil (catatan kecil) Qi-adul

Tidak ada komentar: