Kamis, 15 Oktober 2009

LADUNI ILMU.

LADUNI

Laduni yakni ilmu pengetahuan yang diperoleh seseorang yang saleh dari Allah SWT. Melalui ilham dan tanpa dipelajari lebih dahulu melalui jen jang pendidikan tertentu.
Oleh sebab itu, ilmu tersebut bukan hasil proses pemikiran, melainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak dan kurnia Allah SWT.
Didalam tasawuf dibedakan tiga jenis alat untuk komunikasi rohaniah; yaitu Kalbu atau hati nurani untuk mengetahui sifat Tuhan. Roh untuk mencintai-Nya, dan bagian yang paling dalam yakni sirr atau rahasia.
Hati seperti ini diumpamakan oleh kaum sufi sebuah cermin. Semakin cermin kotor maka tidak tampak di cermin begitu cermin dibersihkan yang bersih dan tidak ada noda sedikitpun maka akan tampak segala pada bayangan di cermin.

Pengetahuan seperti ini disebut makrifat musyahadah atau ilmu laduni.
Semakin tinggi makrifat seseorang semakin banyak mengetahui rahasia rahasia Tuhan.

Meskipun demikian memperoleh makrifat atau ilmu Laduni yang penuh dengan rahasia-rahasia ketuhahan tidaklah mungkin, karena kemampuan manusia yang serba terbatas sedang ilmu Allah SWT tak terbatas.

Al Junaid sufi modern Cangkir teh tidak akan dapat menampung segala air yang ada di Samudera.
Untuk jelasnya mari kita lihat bersama ilmu tentang LADUNI dalam lembar berikutnya.

Ilmu gaib yang sekarang ini disebut Laduni. Yang menjadi standard atau acuan atau ukuran kurikulum pelajaran serba cepat yakni cara belajar berbahasa apapun dengan cepat, langsung menuasai bahasa asing dengan keseluruhan tanpa proses pembelajaran yang selama inidilakukan di beberapa kursus atau lembaga-lembaga bimbi ngan berbahasa asing yang lain. Dalam tayangan Trans TV tanggal 5 Pebruari 2005 jam 23.00 presenter menjelaskan bahawa belajar berbagai bahasa dengan sistem ilmu Laduni sanagt mudah dan cepat dengan nara sumber dari Gus Saleh dari Jawa Timur. Ajaran ini sudah di masukan dalam internet dengan catatan untuk belajar ini cukup orang muslim, orang non muslim tidak boleh terkecuali dia masuk dulu agama Islam. Untuk selanjutnya orang itu masuk di baiat dahulu seleum belajar dengan cara ilmu Laduni . Ilmu atau metode cara menuntut ilmu. Ilmu ini atau ilmu Laduni sebenarnya tidak masuk logika dimana seseorang hanya berjikir dan berjikir lalu mengeluarkan semua perkataan un tuk semua dikeluarkan isi benak dan isi hawa dari dalam raganya yang katanya setelah kosong nanti akan dimasukan ilmu-ilmu yang diinginkan untuk menuntut ilmu bahasa. Program dengan cara ini sangat bertentangan dengan ahli / pakar ilmu tata bahasa maupun program kurikulum bahasa. Sebab menuntut bahasa asing ada tingkatan tingkatannya, stingkat demi setingkast seperti kurikulum sekolah SD, SMP, SMA, dan seterusnya, Jika kursus juga ada tingkatannya , Basic I, II,dan III setelah itu ada Advance terus Conversation dan TOFEL. Ditambah harus banyak membaca perbendaharaan bahasa atau kosakata atau harus banyak membaca Vocabulary yang banyak untuk mendapatkan bahasa yang bagus. Tidak semudah membalikan telapak tangan.
Mungkin saja bisa belajardengan cara Laduni itu dengan setiap murid dengan kesungguhan yang benar-benar, tapi penerimaan setiap manusia itu beda-beda menangkapnya ada yang lamban ada yang cepat menangkap pelajaran.
Dibalik itu secara kasat mata dan secara logika untuk mendapatkan pelajaran itu kayaknya agak sulit.
Ada salah satu warga asing yaitu orang Jerman yang mempelajari bahasa Indonesia dengan ilmu Laduni itu. Ia menerima dan bisa tanpa ada gangguan keraguan , yang penting keinginan tahunya ilmu Laduni itu dengan ikhlas. “Yang penting saya Istiqomah dan lancar berbahasa indonesia denga cara ilmu laduni hanya tiga bulan.” Begitru komentarnya ketika ditan oleh pembaca acara di Trans TV.
Ilmu laduni yang dijelaskan sedikit diatas maka penulis tambahkan dari beberapa sumber. Ilmu Laduni ilmu makrifat yakni pengetahuan yang diperoleh seseorang yang saleh dari Alloh SWT melalui ilham dan tanpa dipelajari lebih dahulu melalui suatu jenjang pendididkan tertentu. Oleh sebab itu ilmu tersebut bukab hasil dari proses pemikiran , tapi melainkan sepenuhnya tergantung atas kehendak dari Kurnia Alloh SWT.
Di dalam ilmu tasawuf dibedakan tiga jenis alat untuk komunikasi rohaniah yaitu.
1. Kalbu
2. Roh untuk mencari-Nya. Dan bagian yang aping dalam.
3. yakni sirr {rahasia} untuk mushahadah {menyaksika keindahan, kebesaran, dan kemuliaan Alloh SWT secara yakin sehingga tidak tergoyah lagi oleh nafsu amarah} kepada-Nya. Apabila ketiga organ tersebut telah disucika sesuci sucinya dan telah dikosongkan dari segala hal yang buruk lalu di isi dengan zikir yang mendalam.

Rujukan ilmu Laduni adalah Al Qur’an surat Al Kahfi ayat 60-82 {QS.18; 60-82}, Mwmandang Khidir As sebagai orang yang mempunyai ilmu Laduni dan Musa As.sebagai orang yang mempunya pengetahuan biasa dan ilmu lahir.
Ilmu laduni dengan cara dibersihkan hatinya dengan riadat dan mujahadat {kesungguhan}. Riadat da Mujahadat tersebut menghasilakn mujahadat {kesunguhan}. Riadat dan Mujahadat tersebut akn menhasilkan Musyahadah {tembus pandang} ke pada keilahian. Menebus hijab {dinding pembatas} antar hamba dan Tuhannya. Ketika itu orang menerima limpahan ilmu Laduni.
Untuk rujukan atau melihat lebih jauh penulkis kutip Al Qur’an sebagai rujukan mereka.

KISAH MUSA DENGAN KHIDIR 1

1} Seorang nabi namanya Balya bin Mulkan . Diceriterakan oleh bukhari, bahwa suatu ketika nabi Musa as berpidato di hadapan kaum Bani Israil.
Tidak diterangkan apa tema dari pidato itu dan dimana lokasinya sebab yang terpenting dalam kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir ini bukan isi pidato dan lokasinya, tapi yang dapat diambil dari padanya; “Siapakah diantar manusia yang berilmu?” Jawab musa “Aku”. Jawaban Musa ini sebenarnya sudah diwarnai oleh sifat takabur. Lalu beliau ditegur oleh Alloh karean tidak memulangkan jawaban kepada Alloh , sebab hanya Alloh yang Maha berilmu . Kemudian Alloh mewahyukan kepada Musa ; Aku mempunyai seorang hamba yang ilmunya lebih tinggi dari kamu. Tempat kediamannya pada pertemuan dua laut”. Maka diperintahkan kepada Musa mencari Khidir dan menyiapakan perbekalan berupa ikan asin. Bila ikan asin telah lenyap, disanalah tempat dimana Khidir dapat ditemukan. Musa berbuat sebagaimana yang diperintahkan dan langsung berangkat ditemani oleh seorang pemuda . Tatkala keduanya sampai pada sebuah batu karang yang terletak pada “pertemuan dua laut” mereka tertidur kelelahan. Sementara mereka tertidur, ikan asin yang ada pada kantong perbekalan tiba tiba menggelepar dan keluar, langsung meluncur ke dasar laut. Setelah keduanya bangun, merekapun meneruskan perjalanan, dan sama sekali tidak tahu bahwa ikan asin yang ada dalam kadut sudah tiada. Dan tidak diketahui pula bahwa tempat yang dituju sebenarnya sudah dilampaui. Lanjutan kisah ini dapat diketahui dalam urutan ayat-ayat berikut.
Sebagai kesimpulan, diperintahkannya Nabi Musa untuk mensikaop RENDAH HATI lebih baik dari pada TKABUR. Sikap yang ditujukan Nabi Musa ini patut dijadikan suri tauladan. Beliau tidak malu-malu dan sungkan untuk belajar dan mencari ilmu, mentang-mentang sudah menyandang predikat Nabi besar.

      •       
60. dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya[885]: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".

[885] Menurut ahli tafsir, murid Nabi Musa a.s. itu ialah Yusya 'bin Nun.

Mengetahui tempat pertemuan dua laut ini ada tiga pendapat sebagai berikut.
a. Pertemuan samudera hindia dangn laut Merah, dekat babul Mandeb.
b. Pertemuan laut tengah dengan samudera Atlantic dekat Jabal Thariq.
c. Tempat yang ramai dengan lalu lintas antar teluk Abadah dengan terusan Suez, kemungkinan yang dimaksud ialah Sinai Peninsula.

           
61. Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.

Diriwayatkan ; bahwa Musa mendapat perintah bersyarat membawa ikan asin, dimana ikan itu menghilang disitulah akan bertemu dengan Khidir.
            
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini".

                     
63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali".

Ikan Asin yang sudah mati dapat hidup kembali termasuk salah satu dari sekian banyaknya mukzizat nabi Musa.

   •       
64. Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.

            
65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[886].

[886] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.

Itulah Khidir yang dicari Musa.

    •       
66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

 •     
67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.

        
68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"

Khidir mempunyai ilmu kebijaksanaan yang berdasarkan estimologi , ialah suatu kaidah berpikir untuk mengukapkan hakikat kebenaran sesuatu peristiwa dengan di uji oleh pengalaman.

          
69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".


  •     •     
70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu".

KHIDIR MEMBOCORKAN PERAHU


 •               
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.

Diantara penumpang penumpang perahu yang ditemukan Khidir itu, ada yang mengenal Khidir lalu mereka membawa khidir serta menumpang tanpa bayar.

   •     
72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku".

          
73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku".

KHIDIR MEMBUNUH SEORANG ANAK

 •               
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain?
Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar".

     •     
75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"

              
76. Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku".



KHIDIR MENEGAKAN TEMBOK KOTA
YANG HAMPIR RUBUH

 •                        
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
           • • 
78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
•            •  •   
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

•          
80. dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.


         
81. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).


•                                   •  
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".

Ilmu laduni yang penulis kutip dari beberapa sumber yang akan menjadi catatan kecil bagi penulis atau bagi kita demua sebagai tambahan kazan ah pengetahuan kita aytu yang lainnya.
Cakil{ Catatan kecil } ki Adul



Maraji
Ensiklopedi Islam Jilid III
Ihtiar Baru Van Goeve - Jakarta
Bactiar Surin1987 Adz dzkraa, Angkasa Bandungt
Al Qu;ran Dept. Agama.

Tidak ada komentar: